Bisnis.com, SURABAYA – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI menyayangkan pola kemitraan antara petani tebu dengan PG yang telah berubah dan tidak sesuai komitmen sehingga merusak rencana giling tebu maupun tatanan alur kerja sama.
Komisaris Utama PTPN XI Dedy Mawardi mengatakan adanya kelangkaan bahan baku tebu saat ini disebabkan kompetisi tidak sehat yang diduga pasokan bahan baku tebu (BBT) telah hijrah ke PG swasta.
“Pola kemitraan yang sudah lama terjalin rusak akibat motif transaksional. Ini yang harus diperhatikan oleh pihak terkait, yakni menagih komitmen para pabrik gula baru di antaranya harus memenuhi sekurang-kurangnya 20 persen dari keseluruhan bahan baku yang dibutuhkan berasal dari kebun sendiri,” katanya dalam rilis, Kamis (16/7/2020).
Dia mengatakan hal tersebut sudah di atur dalam Permentan maupun undang-undang tentang perkebunan yang artinya harus ditaati bila dilanggar harus ada konsekuensinya, dan instansi terkait yang jadi wasitnya.
Dedy mengatakan saat ini ada 2 PG baru di Jatim, pada musim giling ini mereka membeli tebu petani dari luar daerahnya, dan petani tersebut merupakan mitra pabrik gula eksisting dengan harga di atas rata-rata.
“Dan kondisi ini dampaknya luas, mulai dari rusaknya pola kemitraan, pengembalian petani atas pinjaman modal dari PG juga tersendat bahkan macet, hingga kapasitas yang tidak tercapai, idle capacity, yang akhirnya menyebabkan pabrik gula rugi operasional,” katanya.
Baca Juga
Dedy menambahkan bila kondisi ini terus terjadi, diperkirakan akan ada banyak penutupan atau pengalihfungsian PG yang berakibat langsung pada nasib ribuan tenaga kerja di pabrik.
“Kami meminta semua pihak agar menepati komitmen masing-masing. Pola kemitraan dengan petani tebu yang sudah berjalan dari dulu jangan dirusak dengan motif transaksi. PG baru harus membangun kebun sendiri untuk memenuhi kebutuhannya, PG eksisting memenuhi bahan sendiri dan menjaga performa dalam pabrik,” imbuhnya.
Dedy menambahkan saat ini PTPN XI sendiri juga terus berupaya memenuhi bahan baku tebu dengan cara kerja sama agroforesty dengan berbagai pihak, sewa lahan maupun mengakuisisi HGU untuk lahan tebu.
“Kita terus membangun pola kemitraan dengan petani, hingga program modernisasi dan penambahan kapasitas pabrik gula,” imbuhnya.