Bisnis.com, SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat tren ekspor pada April 2020 mencapai US$1,37 miliar atau mengalami penurunan sampai 30,87 persen dibandingkan Maret 2020.
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan kinerja ekspor April 2020 ini juga turun 12,85 persen bila dibandingkan kondisi pada bulan yang sama tahun lalu. Penurunan tahun ini diperkirakan karena dampak dari pandemi Covid-19.
"Namun kalau secara kumulatif, selama Januari-April 2020, ekspor kita ternyata tetap tumbuh 8,32 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni periode tahun ini mampu mencapai US$7,14 miliar," katanya dalam siaran pers, Jumat (15/5/2020).
Adapun kinerja khusus ekspor non migas pada April 2020 mencapai US$1,37 miliar atau turun 28,39 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sekalipun dibandingkan dengan April 2019, kinerja ekspor non migas Jatim juga turun 7,28 persen.
Dadang menyebut, golongan barang utama ekspor non migas April 2020 yang menyumbang kinerja adalah lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$129,77 juta, disusul oleh kayu dan barang dari kayu sebesar US$114,67 juta serta ikan dan udang sebesar US$98,05 juta.
"Sementara negara yang menjadi tujuan ekspor non migas kita terbesar selama Januari-April kebanyakan adalah Jepang yang kontribusinya 14,59 persen, lalu AS 12,36 persen, Singapura 11,22 persen, dan ke kawasan Asean 22,64 persen, dan ke Uni Eropa 7,25 persen," imbuhnya.
Baca Juga
Dadang menambahkan sebaliknya untuk kinerja impor non migas pada April 2020 naik 9,96 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni terealisasi US$1,64 miliar. Namun impor non migas Jatim turun 6,29 persen jika dibandingkan periode sama 2019.
"Golongan barang utama impor non migas April 2020 adalah golongan barang mesin-mesin/pesawat mekanik US$176,64 juta, berikutnya golongan barang besi/baja US$131,02 juta dan golongan barang ampas/sisa industri makanan US$129,58 juta," jelasnya.
Secara kumulatif, lanjut Dadang, yakni selama Januari-April 2020, impor Jatim mencapai US$7,24 miliar atau turun 6,85 persen dibandingkan periode sama 2019, yakni US$7,77 miliar.
"Negara asal impor kita masih sama didominasi produk-produk dari China yang kontribusinya 26,38 persen, AS 7,55 persen, Thailand 5,24 persen, dan dari Asean 15,83 persen," imbuhnya.