Bisnis.com, MALANG – Kota Malang, Jawa Timur, mengalami deflasi 0,03% pada September 2019 penurunan bahan makanan, terutama daging ayam ras.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Malang Sunaryo mengatakan dari tujuh kelompok pengeluaran, dua kelompok mengalami deflasi, tiga kelompok inflasi, dan dua kelompok tetap.
“Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi tertinggi, yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,75 %,” ujarnya dalam keterangan resminya pada Selasa (1/10/2019).
Deflasi berikutnya kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,38%.
Sementara itu, kelompok yang mengalami inflasi adalah makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,82 %, diikuti kelompok sandang sebsar 0,66%, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,07%.
Adapun kelompok pengeluaran yang tetap adalah kelompok kesehatan, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.
Sebanya 10 komoditas teratas yang memberikan andil terbesar deflasi pada September 2019 yakni daging yam ras, angkutan udara, cabai rawit, rawang merah, telur ayam ras, bawang putih, cabai merah, ketimun, bahan bakar rumah tangga, dan udang basah.
Kelompok bahan makanan pada September 2019 mengalami deflasi 0,75% atau terjadi penurunan angka indeks dari 148,36 pada Agustus 2019 menjadi 147,24 pada September 2019.
Dari 11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan, enam mengalami deflasi, dan lima inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 5,17%, diikuti sub kelompok daging dan hasil-hasilnya 1,91%, serta subkelompok sayur-sayuran sebesar 1,27%.
Sementara untuk subkelompok yang inflasi, terbesar terjadi pada subkelompok lemak dan minyak 4,20%, Kacang-kacangan 2,00%, serta bahan makanan lainnya 0,23%.
Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang merah, sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi sehingga menahan laju deflasi antara lain minyak goreng, tempe, dan daging sapi.
Deflasi Kota Malang pada September, kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Malang Azka Subhan Aminurridho, lebih disebabkan oleh koreksi harga pada sejumlah komoditas bahan makanan. Dia memberi contoh, harga cabai rawit yang Agustus lalu menjadi penyumbang inflasi, pada September justru menjadi andil deflasi.
Hal ini mengindikasikan pasokan bahan makanan dari daearah lain yang relatif terjaga kendati belum banyak panen di beberapa wilayah.
Tarif angkutan udara juga turut meyumbang deflasi seiring dengan permintaan yang melambat dan kebijakan penurunan harga tiket angkutan udara pada waktu tertentu.
BI berharap inflasi 3 bulan terakhir 2019 terkendali meski Desember nanti perlu diantisipasi adanya kenaikan karena libur sekolah, serta Natal dan Tahun Baru, agar capaian inflasi tetap berada di kisaran 3.5%±1%.