Bisnis.com, SURABAYA – Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya menilai keberadaan sirkuit sepanjang 700 meter di Gelora Bung Tomo (GBT) Kota Surabaya, Jawa Timur, mengurangi kebiasaan anak-anak muda yang suka kebut-kebutan atau balapan motor liar di jalanan.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Surabaya Afghani Wardhana, di Surabaya, Minggu (28/7/2019), mengatakan sirkuit di GBT ini sudah mulai digunakan untuk latihan para penggemar olahraga balap motor dan mobil.
"Bahkan sudah digelar kejuaraan balapan Piala Wali Kota Surabaya bertajuk Drag Race : Surabaya Racing Project," katanya.
Afgani mengatakan kejuaraan balapan Piala Wali Kota yang digelar pada Sabtu (27/7) tersebut diikuti peserta dari Surabaya dan daerah di Jatim juga diikuti peserta yang berasal dari penjuru Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi,
dan Lampung. Totalnya ada sekitar 500 orang meliputi peserta mobil 300 orang dan sepeda motor 200 orang.
Afghani menjelaskan, yang paling penting dalam kegiatan ini adalah pemanfaatan sirkuit yang maksimal untuk mencegah kebut-kebutan di jalanan. Sebab, sirkuit itu memang dibuat untuk latihan dan juga untuk penyelenggaraan kejuaraan.
"Kebetulan hingga saat ini masih gratis, sehingga bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin," katanya.
Oleh karena itu, ia juga mengajak anak-anak Surabaya yang mempunyai hobi kebut-kebutan atau balapan motor liar di jalanan Surabaya, diharapkan bergabung dan latihan di sirkuit GBT itu. Ia juga mengaku akan senang apabila sirkuit itu bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, karena tujuan pembangunannya memang untuk mengurangi kebut-kebutan di jalanan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan sirkuit di GBT memang sengaja dibuat untuk mewadahi anak-anak yang suka kebut-kebutan. Untuk itu, lanjut dia, setelah adanya sirkuit ini maka dia berharap anak-anak yang suka kebut-kebutan di jalanan bisa pindah ke sirkuit ini, sehingga kebut-kebutan di jalanan Surabaya tidak ada lagi.
"Kalau kebut-kebutan di luar sana kan bahaya. Kalau ada sesuatu yang terjadi, bukan hanya pelakunya saja yang kena, tapi juga bisa jadi orang lain yang tidak tahu apa-apa yang kena, kan kasihan," katanya.