Bisnis.com, SURABAYA – Pelaku usaha produsen kayu olahan di Jawa Timur menargetkan nilai ekspor produk sepanjang tahun ini dapat mencapai US$1,3 miliar, ditopang pertumbuhan pasar-pasar baru seperti India dan beberapa negara di Uni Eropa.
Nilai tersebut naik tipis dari capaian ekspor produk kayu olahan dari Jatim selama Januari—Desember 2016 yang tercatat sebesar US$1,26 miliar. Produsen menetapkan target konservatif setelah beberapa bulan terakhir pemerintah mewacanakan untuk membuka kembali ekspor kayu bulat yang merupakan baha baku industri dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (Indonesian Sawmill & Wood Working Association/ISWA) Komisariat Jawa Timur Choiril Muchtar menyampaikan sejak awal tahun ini, ekspor ke India secara konsisten menanjak.
“Target ekspor kami US$1,3—US$1,4 miliar sampai akhir tahun ini. Beberapa pasar memang meningkatkan pembelian seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia yang gencar membeli produk decking dan pertumbuhan [ekspor] ke India juga sangat baik,” jelas Choiril di Surabaya, Senin (18/12/2017).
Choiril mengungkapkan India terus meningkatkan pembelian produk olahan kayu dari Indonesia terutatama komponen rumah mulai dari lantai, mebel, dan keperluan lain. Sejak 2015 hingga 2017, ISWA mencatat pertumbuhan ekspor ke Negeri Bollywood mencapai dua kali lipat.
“Memang beberapa pasar mengalami penurunan [ekspornya] tapi secara total kita tetap tumbuh karena volume pembelian dari India yang cukup besar. Mereka menggemari jenis-jenis kayu tropis Indonesia,” terang Choiril.
Sebagai catatan, Jawa Timur mendominasi ekspor produk kayu olahan nasional dengan kontribusi lebih dari 35% dari total pengapalan. Di provinsi paling ujung timur Pulau Jawa tersebut, sedikitnya 217 perusahaan hilir kayu beroperasi dengan total serapan tenaga kerja mencapai lebih dari 67.000 orang.