Bisnis.com, SURABAYA – Kinerja pabrik persepatuan atau industri alas kaki di Jawa Timur kian menunjukkan kelesuan sepanjang tahun ini. Penjualan produk alas kaki baik di dalam negeri maupun di luar negeri sepi permintaan.
Data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim menunjukkan penjualan sepanjang periode Januari—September 2017 anjlok nyaris 50% untuk pasar lokal, dan telah turun sekitar 10% untuk pasar ekspor. Kondisi ini memukul utilisasi pabrik sepatu di Jatim.
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim Winyoto Gunawan mengatakan industri persepatuan di provinsi tersebut masih harus menghadapi pahitnya kondisi perekonomian yang lesu.
“Industri alas kaki ini kan boleh dikatakan yang merekrut tenaga kerja terbanyak. Teman-teman pengusaha sudah teriak tahun ini karena penjualan lesu. Kami harap pemerintah bisa mengambil kebijakan yang dapat menstimulus industri riil,” jelas Winyoto pada Bisnis, Senin (27/11).
Winyoto mengungkapkan penjualan yang lesu tidak hanya dihadapi oleh industri persepatuan namun juga sektor padat karya lain seperti industri garmen di Jatim. Penjualan dalam negeri dan luar negeri terpantau terus turun selama Januari—September 2017.
Berdasarkan informasi yang telah dihimpun Aprisindo Jatim, beberapa pabrik telah mengurangi jam operasionalnya dari yang biasanya 3 shift menjadi 1—2 shift. Artinya, utilisasi pabrik sepanjang tahun ini telah tertekan hingga 30%.
Kondisi tersebut bekebalikan dengan data dari badan Pusat Statistik (BPS) Jatim yang menunjukkan kinerja industri alas kaki sangat optimistis. Data BPS menunjukkan industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki tumbuh 18,85% pada kuartal III tahun ini dibandingkan periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy