Bisnis.com, JEMBER—Pemerintah melakukan sinergi BUMN antara perkebunan, perbankan dan pupuk seiring dengan target peningkatan protas atau produktivitas lahan petani tebu yang mencapai 100 ton/ha pada tahun depan.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengakui kondisi lahan perkebunan tebu pada tahun ini mengalami kemerosotan akibat anomali cuaca. Pada musim tanam tahun ini pun mengalami keterlambatan yakni baru dimulai pada November 2017.
"Tahun ini memang produktivitasnya rendah karena curah hujan yang tinggi dan juga ada kendala pupuk non subsidi yang ternyata sulit diperoleh di daerah karena tidak ada pasokan atau harus beli di pabriknya sehingga pemberian pupuk menjadi terlambat," jelasnya seusai sesi penanaman tebu perdana 2017 di Kebun Mumbul Jember, Rabu (15/11/2017).
Dia menjelaskan, sinergi BUMN dilakukan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman atau MoU antara PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI sebagai pemilik pabrik gula (PG) dan PTPN XII sebagai pemilik lahan di Mumbul Jember yang akan dimanfaatkan oleh Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) untuk menanam tebu.
Selain itu, sinergi juga dilakukan dengan PT Petrokimia Gresik sebagai penyedia pupuk non subsidi, dan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yakni BNI, BRI dan Bank Mandiri sebagai penyedia modal usaha yang sebelumnya telah dilakukan.
"Dalam hal penyediaan pupuk, Petrokimia nanti bekerja sama dengan distributor di daerah untuk menyuplai pupuknya agar tidak ada lagi keterlambatan. Sinergi seperti ini akan dilakukan dengan BUMN perkebunan lainnya," jelas Rini.
Adapun tahun ini produktivitas lahan tebu secara nasional masih sekitar 80 ton/ha dengan total luas lahan 475.000 ha. Sedangkan rendemen rerata hanya 7,5% sehingga hanya mampu menghasilkan produksi gula 2,3 juta ton. Tahun ini, pemerintah pun menargetkan rendemen tebu bisa meningkat di atas 8%.