Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jatim Inflasi 0,19% Dipacu Belanja Sandang

Setelah pada Juli mengalami deflasi, Provinsi Jawa Timur kembali mencatatkan inflasi pada September 2017 di tingkat 0,19%. Kenaikan inflasi tersebut terutama terkerek oleh kelompok pengeluaran sandang yang mencatatkan inflasi sebesar 0,77%.
Suasana Pusat Perbelanjaam ITC Mega Grosir Surabaya./Bisnis-Peni Widarti
Suasana Pusat Perbelanjaam ITC Mega Grosir Surabaya./Bisnis-Peni Widarti

Bisnis.com, SURABAYA – Setelah pada Juli mengalami deflasi, Provinsi Jawa Timur kembali mencatatkan inflasi pada September 2017 di tingkat 0,19%. Kenaikan inflasi tersebut terutama terkerek oleh kelompok pengeluaran sandang yang mencatatkan inflasi sebesar 0,77%.

Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Satriyo Wibowo mengungkapkan pola perubahan harga relatif lama seperti tahun lalu, di mana Jatim mengalami deflasi sebulan setelah lebaran dan kembali mengalami inflasi pada bulan selanjutnya.

“Dari delapan kota yag dihitung tingkat inflasinya, tuju kota di Jatim mengalami inflasi dan hanya satu kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Kediri yaitu mencapai 0,31% sedangkan Banyuwangi mengalami deflasi sebesar 0,02%,” jelas Satriyo dalam konferensi pers di Surabaya, Senin (2/10/2017).

Satriyo menjelaskan dari 7 kelompok pengeluaran yang dipantau BPS, 6 di antaranya mengalami inflasi yaitu makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Lalu kelompok sandang, kesehatan; pendidikan, rekreasi, dan olahraga; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Sedangkan satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu bahan makanan yang perubahan harganya tercatat minus 0,56%. Belakangan, Pemprov Jatim memang mengklaim berhasil mengendalikan harga bahan pangan pokok yang harganya bahkan relatif stabil saat bulan puasa hingga Lebaran.

Data BPS menunjukkan laju inflasi tahun kalender Jatim di bulan September mencapai 3,06%, lebih tinggi dibandingkan tahun kalender pada September 2016 yang sebesar 1,96%. Adapun, laju inflasi September 2017 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) mencapai 3,84% atau lebih tinggi dibandingkan capaian tahun sebelumnya yaitu 2,69%.

Jika dilihat lebih dalam, ada tiga komoditas utama yang menjadi pendorong laju inflasi yaitu beras, biaya kontrak rumah, dan perhiasan. BPS menilai berkurangnya produksi beras di beberapa daerah sentra menjadi penyebab utama kenaikan harga beras.

Selain itu, tiga komoditas utama yang menghambat inflasi pada September 2017 yaitu bawang putih, bawang merah, dan cabai rawit. Panen serentak pada September menyebabkan lonjakan pasokan sehingga harga ketiga komoditas itu turun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper