Inka Tawarkan Paket Pembiayaan Pembelian Kereta Api

PT Industri Kereta Api (Inka) menggagas penawaran paket pembelian sarana kereta api dengan pendanaan melalui Indonesia Development Railway Consortium.
Pekerja mengerjakan produksi kereta Light Rail Transit (LRT) di pabrik kereta PT Inka Madiun, Jawa Timur, Senin (7/5/2018)./ANTARA-Siswowidodo
Pekerja mengerjakan produksi kereta Light Rail Transit (LRT) di pabrik kereta PT Inka Madiun, Jawa Timur, Senin (7/5/2018)./ANTARA-Siswowidodo

Bisnis.com, MADIUN — PT Industri Kereta Api (Inka) menggagas penawaran paket pembelian sarana kereta api dengan pendanaan melalui Indonesia Development Railway Consortium.

"Kita ke depan menawarkan, seperti LRT satu paket, baik itu pendanaan, desain produksi sampai operasional melalui Indonesia Development Railway Consortium," kata Direktur Utama Inka Budi Noviantoro saat peninjauan ke pabrik Inka di Madiun, Kamis (8/11/2018).

Dia mengatakan penawaran paket tersebut didasari karena kendala para pembeli mengalami kesulitan pembayaran secara tunai.

"Kebanyakan yang kesulitan keuangan cash-nya," katanya.

Dia menjelaskan nantinya pemerintah menyuntikan dana kepada Exim Bank, kemudian Exim Bank memberikan pinjaman dengan bunga yang lebih besar kepada pembeli dan Inka dan BUMN yang terlibat dalam konsorsium mendapat pembagian dari bunga tersebut.

"Katakanlah pemerintah dapat bunga pinjaman dari World Bank misalkan semuanya 0,5 persen kasihkan ke Exim, Exim jual ke Srilanka satu persen, 0,6 persen untuk dia kita sudah dapat 0,4. Jadi, Exim dapat bunganya saya dapat proyeknya," katanya.

Dia mengatakan paket tersebut sudah ditawarkan ke Filipina untuk proyek di Cebu, sementara itu negara lainnya yang ditawarkan, yakni Myanmar, Banglades dan Vietnam.

Budi menuturkan penawaran paket tersebut merupakan salah satu strategi agar harga dapat bersaing karena selama ini selalu kalah dari China yang menawarkan harga lebih murah.

"Kalau `head to head' dengan China, mereka bunganya dikecilkan, akhirnya harga dia lebih murah, kalau Inka hanya sendiri pasti mahal orang aku saja pinjem dari teman-teman perbankan," katanya.

Karena itu, lanjut dia, diperlukan konsorsium antara empat BUMN untuk skema paket pembelian sekaligus pendanaan tersebut.

Dia menambahkan hal itu juga sebagai upaya untuk menguasai pasar di ASEAN karena selama ini masih dikuasai China.

"Untuk kualitas kita sama lah, tapi bedanya China banyak banget BUMN seperti Inka di sana, banyak banget bisa saling mensubsidi, memang ini agak berat," katanya.

Budi mengatakan dengan adanya paket tersebut harga bisa lebih kompetitif karena perbedaan bunganya bisa sampai dua persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper