Bisnis.com, SURABAYA — Ekspor Jatim diproyeksikan tidak terpengaruh jika tarif resiprokal Presden AS, Donald Trump, diberlakukan.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Prof Candra Fajri Ananda, optimistis kinerja ekspor komoditas dari Jatim akan tetap baik meski tujuan ekspornya ke AS dan Presiden Trumps memberlakukan tarif resiprokal.
“Kalau lihat produk nya sih, saya yakin bisa terus meningkat karena selama ini saingan utama, adalah China dan Vietnam. Adanya tarif yg tinggi lebih banyak mengarah pada China dg seluruh produknya,” ucapnya, Senin (9/6/2025).
Meski begitu, dia berharap, tarif resiprokal Trumps bisa ditunda pengenaannya, terutama bagi Indonesia.
Kepala BPS Jatim, Zulkipli, mengatakan selama Januari hingga April 2025, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan ekspor nonmigas yang memiliki peranan terbesar.
Nilai ekspor ke negara Paman Sam tersebut, yakni US$ 1,17 miliar atau setara dengan 14,43% terhadap total ekspor nonmigas.
Baca Juga
“Komoditasnya, yang utama perabotan, lampu, dan alat penerangan (HS 94) sebesar US$ 147,78 juta, ikan, krustasea, dan moluska (HS 03) sebesar US$146,01 juta, serta kayu dan barang dari kayu (HS 44) sebesar US$ 133,11 juta,” ucapnya dikutip dari Berita Resmi Statistik BPS Jatim.
Guru Besar Ilmu Ekonomi FEB UB, Prof. Putu Mahardika Adi Saputra, pada 2024, surplus perdagangan Indonesia terhadap AS terus melebar, terutama dari produk non-migas (tekstil, furnitur, karet, elektronik).
Pemerintahan Trump (2024–2025) kembali mengedepankan agenda tarif resiprokal dan keseimbangan dagang bilateral, termasuk dengan negara-negara ASEAN. AS sejak 2016 menjadi eksportir energi bersih, termasuk crude oil, LNG, dan refined petroleum products.
“AS aktif mendorong negara mitra seperti Indonesia untuk mengimpor migas langsung dari AS, bukan dari negara perantara seperti Singapura.
Singapura hanyalah transhipment hub, bukan produsen migas utama. Singapura mengimpor crude oil dariTimur Tengah dan AS, lalu mengolahnya di kilang dan menjual kembali ke negara Asia Tenggara dan AS ingin memotong rantai perantara.
Untuk menghindari tarif resiprokal AS, dimana Indonesia termasuk salah satu dari 8 negara yang dikenai tarif resiprokal 32% untuk ekspor produk seperti furnitur dan alas kaki), sebagai bentuk kompromi, dia menyarankan, pemerintah Indonesia membuka opsi menyeimbangkan perdagangan dengan meningkatkan impor dari AS, termasuk migas dan kedelai.
Dia menegaskan, hingga 2024, Singapura adalah mitra utama Indonesia untuk impor BBM olahan (minyak hasilkilang), termasuk yang masuk lewat pelabuhan Jawa Timur (Tuban, Surabaya), namun mulai awal 2025, pemerintah Indonesia mengurangi porsi impor dari Singapura dan mulai mengalihkan pasokan ke AS dan Timur Tengah.
Pemerintah Indonesia mulai membatasi impor BBM dari Singapura (yang selama ini memasok~54–60 % BBM nasional) dan beralih ke sumber dari Timur Tengah dan AS, secara bertahap hingga November 2025.
Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi diplomasi perdagangan untuk mengurangi tarif resiprokal dari AS dan menyeimbangkan neraca dagang bilateral . Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu negara.
Selain itu, kata dia, menurunkan defisit perdagangan bilateral dengan Singapura, serta meningkatkan posisi Indonesia dalam diplomasi dagang (misalnya terhadap tarif resiprokal dari AS).