Bisnis.com, MALANG — Penyaluran kredit perbankan di wilayah kerja OJK Malang mencapai Rp98,48 triliun pada posisi Juli 2024.
Kepala OJK Malang, Biger Adzanna Maghribi, mengatakan penyaluran tumbuh 12,15% yoy, mendekati pertumbuhan kredit secara nasional sebesar 12,16% yoy.
“Pertumbuhan penyaluran kredit bank umum konvensional dan pembiayaan oleh BPRS berada di atas tingkat nasional dimana kredit bank umum konvensional tumbuh 12,28% yoy (nasional: 12,27% yoy) dan kredit BPRS tumbuh 33,11% yoy (nasional: 12,97% yoy),” katanya, Jumat (13/9/2024).
Berdasarkan jenis penggunaan, kata dia, kredit investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 34,13% yoy namun mayoritas kredit di wilayah kerja OJK Malang masih disalurkan untuk penggunaan Modal Kerja (Rp41,62 miliar/porsi: 42,26%).
Seluruh daerah tingkat II di wilayah kerja OJK Malang mengalami pertumbuhan kredit, dimana persentase pertumbuhan tertinggi terjadi di Kota Probolinggo (tumbuh 68,54% yoy atau senilai Rp3,12 triliun).
Penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah kerja OJK Malang, terfokus pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran (Rp20,58 triliun/porsi: 20,90%), Industri Pengolahan (Rp16,73 triliun/porsi: 16,99%), Untuk Pemilikan Rumah Tangga Lainnya (Rp15,28 triliun/porsi: 15,51%), Untuk Pemilikan Rumah Tinggal (Rp10,71 triliun/porsi: 10,87%), dan Konstruksi (Rp7,23 triliun/porsi: 7,34%).
Baca Juga
“Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan positif yakni sebesar 6,84% yoy atau mencapai Rp100,22 triliun per 31 Juli 2024, lebih rendah dari pertumbuhan penghimpunan DPK nasional sebesar 7,69% yoy,” ucapnya.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai penyaluran kredit yang terus tumbuh positif sejalan dengan optimisme masyarakat pada perekonomian mendatang.
Dengan kredit ini, kata dia, memberikan multiplier effect pada perekonomian sehingga pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat sesuai target yang diharapkan yaitu di atas 5%.
Peningkatan kredit ini, Joko menilai, juga didorong oleh pulihnya sektor-sektor ekonomi kunci seperti pariwisata, industri dan perdagangan. Fakta ini menjamin bahwa perekonomian daerah dan domestik masih berpotensi untuk terus tumbuh dan membuka kesempatan kerja baru.
“Tinggal selanjutnya adalah dukungan pemerintah pada percepatan belanja daerah untuk sektor-sektor produktif dan memperkuat daya beli. Bauran kebijakan fiskal dan moneter ini akan menjadi benteng pertahanan yang kokoh di tengah ancaman suramnya perekonomian dunia,” ujar Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.(K24)