Bisnis.com, SURABAYA - Kondisi makro ekonomi Jawa Timur (Jatim) pada awal 2024 dihadapkan pada tekanan ganda, kondisi geopolitik global yang semakin dinamis serta tantangan menjaga daya ekonomi domestik.
Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jatim, Erwin Gunawan Hutapea, menjelaskan kondisi geopolitik global tensinya menaik. Konflik Rusia-Ukraina belum rampung, ada ketegangan di Tiongkok, Israel, Iran dan laut merah. "Kalau konflik berkepanjangan bisa menjadi persoalan," jelasnya dalam temu media di Surabaya, Senin (22/4/2023).
Erwin Gunawan menggambarkan imbas kondisi global terkini bisa menjadikan pertumbuhan ekonomi melambat. Dampak ke Indonesia bila kondisi ini berlanjut tentu ada, mengingat pasar ekspor menjadi salah satu penopang ekonomi nasional.
"Jatim sebagian besar industri berorientasi ekspor sehingga sedikit banyak akan terpengaruh," tuturnya.
Industri Jatim, kata dia, harus mengatur strategi pasar, termasuk mencari ceruk baru untuk merespons kondisi global tersebut. Sementara pada saat yang sama, tensi global bisa meningkatkan biaya perdagangan, baik dari tekanan nilai tukar, maupun ongkos transportasi.
"Harga minyak di kalau konflik berkepanjangan bisa jadi persoalan, harga energi bisa terus merangkak naik," tambahnya.
Baca Juga
Pergerakan harga minyak dunia tentu bakal berdampak ke dalam negeri, mengingat bahan bakar merupakan komoditas penyumbang inflasi. Bila inflasi tinggi maka suku bunga turun, yang bisa berdampak ke arus investasi. Adapun di dalam negeri tekanan inflasi bisa berimbas ke daya beli.
"Dolar enggak ada tanda-tanda turun, malah naik, nilai tukar mata uang di berbagai dunia mengalami pelemahan. Bagaimana pelemahan Rupiah? Masih terukur. BI akan fokus mengendalikan stabilitas," paparnya.
Secara domestik, BI Jawa Timur mencermati komoditas bawang perlu perhatian lebih. Musim hujan, banjir, memberi tekanan terhadap produksi. Sementara saat bersamaan, ekonomi Jatim bakal berhadap banyak pada konsumsi dalam negeri saat kondisi global menantang.
Dia menggambarkan konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pemberian bantuan langsung berpengaruh terhadap daya beli domestik. "Pemilihan kepala daerah 2024 [pada November] sedikit banyak bakal memberi dorongan konsumsi dalam negeri," tegasnya.
Bank Indonesia bersama pihak terkait (stakeholder) bakal fokus menjaga daya beli untuk menjaga stabilitas domestik. Mempertimbangkan kondisi terkini, baik global maupun domestik, otoritas memproyeksikan ekonomi Jatim pada 2024 masih akan tumbuh 4,7%-5,5%.