Bisnis.com, MALANG — Transaksi saham di wilayah kerja OJK Malang baik dari sisi frekuensi, volume, maupun nilai transaksi sepanjang 2023 menurun karena ada tren pengalihan dana investasi.
Plt. Kepala Kantor OJK Malang, Ismirani Saputri, mengatakan per-November 2023, frekuensi transaksi saham turun 19,82% menjadi 568.837 dan nilai transaksi menurun 21,07% dari posisi yang sama tahun sebelumnya.
“Hal tersebut antara lain dipicu oleh pergeseran alokasi dana investor ritel ke sektor riil dan diversifikasi investasi masyarakat ke instrumen investasi lainnya seperti obligasi pemerintah,” ucapnya, Senin (19/2/2024).
Meski demikian, kata dia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 29 Desember 2023 ditutup pada posisi 7.272,80 poin atau tumbuh sebesar 6,16% ytd.
Peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN setelah Vietnam. Capaian atas kinerja positif IHSG juga ditopang oleh pertumbuhan jumlah investor pasar modal yang mencapai double digit baik di level nasional (18,04%) dan di wilayah kerja OJK Malang (18,11%) menjadi 259.940 investor.
Antusiasme investor ritel terhadap obligasi ritel negara, kata dia, masih cukup besar di tengah dinamisnya ekonomi domestik dan tingginya ketidakpastian global.
Baca Juga
Hal tersebut tercermin dari peningkatan SID Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 24.182 SID atau tumbuh 21,71% dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Secara demografi, investor masih didominasi oleh investor individu (99,31%) dan berdomisili di Kabupaten Malang 12.182 SID atau 50,87%.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai penurunan transaksi saham sepanjang 2023 lebih disebabkan karena preferensi masyarakat untuk memilih investasi yang relatif aman di tengah ketidakpastian global, yakni situasi global tersebut sangat sensitif terhadap pergerakan pergerakan saham.
Dalam hal ini, kata dia, masyarakat atau investor lebih memilih berinvestasi di sektor obligasi pemerintah atau SBN. Selain itu Bank Indonesia juga menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dalam rangka menarik investasi dan stabilisasi rupiah. Kedua instrumen tersebut dinilai lebih cuan dan aman.
Disamping itu, pilihan investasi seperti emas dan reksadana juga menjadi salah satu instrumen yang menarik di tengah ekonomi global yang tidak menentu.
Hal menarik lainnya adalah geliat sektor riil yang terus pulih menjadi salah satu pilihan untuk investasi, meski ada perhelatan politik namun situasi yang masih terjaga kondusif sejauh ini, dapat menjadi fondasi berkembangnya sektor riil.
Pilihan-pilihan instrumen investasi yang dimiliki oleh masyarakat ini merupakan buah dari peningkatan literasi keuangan.
“Hal ini juga ditandai dengan peningkatan masyarakat yang masuk dan terdaftar ke pasar modal, terjadi peningkatan SID sepanjang tahun 2023, dimana terdapat 259.940 SID di wilayah kerja OJK Malang,” ujar Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.(K24)