Bisnis.com, MALANG — Gula aren dapat menyumbang signifikan pada program pemerintah mencapai swasembada gula jika lahannya berhasil diperluas dan produksinya ditingkatkan.
Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Prof Singgih Wijana, mengatakan ekspor gula aren Indonesia terbesar di dunia. Potensi untuk peningkatan ekspor ini terbuka karena kebutuhan gula aren dunia juga cukup besar.
“Beberapa roti lebih enak jika menggunakan gula aren semut daripada gula kristal putih,” ujarnya, Senin (15/1/2024).
Namun, perlu penggunaan teknologi produksi reprocessing gula aren dari gula cetak menjadi gula semut atau kristal untuk meningkatkan angka ekspor. Problem lain, varietas tanaman. Diketahui belakangan penggunaan varietas unggul mencapai 15-25 liter/hari.
Peningkatan produksi gula aren, kata dia, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gula nasional yang selama ini sebagian dipenuhi dari impor. Dengan demikian, peningkatan produksi gula aren akan mengurangi pula angka impor gula putih kristal.
“Untuk saat ini, sumbangan gula aren mencapai 30% dari total produksi gula nasional,” ucapnya.
Baca Juga
Inti kegiatan reprocessing produksi, mengolah gula cetak menjadi gula semut. Biaya pengolahan, Rp3.000/kg, namun selisih harga gula cetak dan gula semut terpaut jauh. Gula aren semut atau kristal mencapai Rp25.000-Rp30.000/kg di tingkat petani.
Dengan begitu, reprocessing gula cetak ke gula semut sangat menguntungkan petani aren. Adapun yang menjadi tantangan, tidak semua gula cetak dapat diolah menjadi gula kristal. Kalau gulanya cenderung mencair, tidak bisa diolah menjadi gula semut, namun bisa diolah menjadi alkohol dan cuka.
“Tapi untuk memproses gula aren cetak menjadi alkohol dan cuka dibutuhkan teknologi yang lebih canggih sehingga tidak bisa ditangani UMKM, melainkan perusahaan menengah atau koperasi usaha bersama,” ujarnya.
Untuk meningkatkan produksi aren dan gula aren, kata dia, maka kuncinya petani perlu dibantu dengan tanaman aren varietas unggul. Oleh karenanya pemerintah perlu mengedukasi petani dalam memanen aren sehingga ketika diolah menjadi gula bisa baik mutunya.
Terkait dengan tingkat konsumsi gula aren nasional, dia menilai, masih kalah jauh dengan gula putih kristal. Namun jika gaya hidup masyarakat meningkat dan berubah, maka konsumsi gula aren nasional ikut terdongkrak. Hal itu terjadi rasa gula aren lebih enak daripada gula putih kristal.
Selain, antioksidan gula aren tinggi sehingga cocok untuk masyarakat yang menerapkan pola hidup sehat. “Hanya saja selisih harga gula putih kristal dan gula aren semut terpaut jauh, jauh lebih tinggi harga gula aren kristal,” ucapnya.
Potensi lain, pengembangan tanaman aren lebih memungkinkan daripada tanaman tebu karena budidayanya relatif lebih mudah.(K24)