Bisnis.com, MALANG — Harga emas diproyeksikan mengalami volatilitas sepanjang sepanjang 2024 karena ketegangan geopolitik serta kebijakan The Fed.
Kepala Cabang PT Bestprofit Futures (BPF) Malang, Andri, menjelaskan perang Hamas-Israel yang meletus pada 7 Oktober 2023 menjadi titik balik harga emas menuju all time high di level $2.146/toz pada 4 Desember 2023. Pada sepanjang tahun 2023 harga emas melonjak hampir 15% dalam setahun.
“Memasuki 2024, harga emas masih berada di atas $2.000/toz, di tengah koreksi dolar AS dengan tingkat fluktuatif di level 101-102,” katanya, Kamis (11/1/2024). Rencana pemangkasan suku bunga oleh the Fed pada Maret 2024, kata dia, menjadi salah satu sentimen para investor yang mendorong emas tetap melanjutkan relinya di level $2.000/toz.
Menurut dia, emas bisa mengalami koreksi yang dalam pada minggu kedua Januari ini karena penguatan dolar dan imbal hasil treasury yang lebih tinggi. Data pengusaha AS menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja lebih banyak pada bulan Desember lalu meski sektor jasa mengalami perlambatan berdasarkan Institute for Supply Management (ISM).
Pada 2024 ini, menurut Andri, para investor emas harus mencermati tiga hal, yakni pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sebanyak 3 kali masing-masing sebesar 0,25%.
Dengan suku bunga yang kecil akan mengakibatkan pelemahan pada dolar AS yang membuat emas banyak diburu oleh para investor sebagai asset safe haven.
Baca Juga
Selain, terkait gejolak geopolitik di Timur Tengah yang makin meluas. Meski saat ini Israel tengah menarik mundur sebagian pasukan dari Gaza, kata dia, namun ancaman suku Houthi di laut merah yang membuat berang AS dan sekutunya tetap harus diwaspadai sebagai pemicu perang yang lebih luas. Terlebih perang Hamas-Israel telah menyeret negara-negara lain seperti Korea Utara untuk terlibat.
“Hal terakhir adalah pemilihan presiden Amerika Serikat yang akan berlangsung pada November 2024. Momentum ini bisa jadi menjadi titik balik emas untuk mencapai all time high terbaru setelah level $2.146/toz terlewati,” ujarnya.
Seperti yang terjadi pada Pilpres AS sebelumnya pada 2020, volatilitas harga emas langsung tinggi saat perhitungan suara Pilpres AS dimulai. Terlebih, mantan Presiden AS, Donald Trump digadang-gadang menjadi salah satu calon terkuat kembali maka kebijakan luar negeri terhadap Tiongkok yang sempat bersitegang di masa kepemimpinannya patut diperhitungkan kembali dampaknya terhadap harga emas nanti.
“Dari melihat tiga hal tersebut, kami menyarankan agar investor tetap memilih emas sebagai alternatif investasi yang tepat di Perdagangan Berjangka Komoditi. Dengan rekomendasi selama 6 bulan ke depan investor bisa melakukan long sell dari posisi $ 2.070/toz - $ 2.100/toz dengan target penurunan terdekat hingga di level $.1.990/toz,” ujatnya
Di BPF Malang sendiri, kata dia, kini hampir 80% memilih trading di emas berjangka karena melihat fleksibilitas waktu dan kemudahan transaksi hanya melalui online dengan target profit dan manajemen risiko yang jelas. Analisa terhadap harga emas juga cenderung tidak terlalu pelik. Karena itu emas cocok bagi trader pemula juga dengan tingkat risiko yang lebih kecil.(K24)