Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur memperkirakan laju inflasi Jatim sampai akhir tahun masih akan berada direntang target yang ditetapkan meskipun dalam beberapa terakhir sejumlah komoditas pangan mengalami peningkatan signifikan khususnya beras.
Kepala BI Jatim Doddy Zulverdi menjelaskan, tingkat inflasi Jatim pada September 2023 terpantau meningkat didorong oleh komoditas beras dan bensin.
Harga beras meningkat dikarenakan menipisnya pasokan akibat penurunan produksi padi dan terhambatnya impor akibat restriksi ekspor beras yang dilakukan oleh India, sementara harga bensin meningkat karena adanya penyesuaian harga BBM (Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex).
“Meskipun harga sejumlah barang pokok meningkat, tetapi secara year to date (ytd) dari Januari - September 2023, tren inflasi kita masih berada di range target 3+-1 persen, yakni sebesar 2,04 persen (ytd) atau masih berada di bawah angka inflasi tahun lalu,” katanya, Senin (9/10/2023).
Menurutnya, tekanan inflasi Jatim yang terus melandai ini tidak lepas dari upaya pemerintah dalam berupaya menjaga stabilitas harga pangan, salah satunya melalui program pasar murah di sejumlah daerah di Jatim.
“Selain itu, laju inflasi kita bisa tertahan oleh penurunan harga komoditas lain seperti telur ayam ras yang didukung oleh normalisasi pasokan seiring produksi yang mulai kembali stabil, lalu penurunan harga bawang merah dan cabai rawit seiring pasokan yang melimpah pada masa panen di sentra produksi seperti Nganjuk, Probolinggo, dan Pare,” jelasnya.
Baca Juga
Data Sistem Informasi dan Ketersediaan Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim mencatat, dalam 3 minggu terakhir ini harga beras medium di Jatim sudah lebih stabil, yang rerata saat ini Rp11.500 - Rp11.600/kg.
Doddy melanjutkan, meski terdapat kenaikan harga bahan pokok penting, survei konsumen Jatim yang dilakukan BI pada Agustus 2023 mengindikasikan indeks keyakinan konsumen (IKK) terhadap kondisi ekonomi menguat pada level optimis (indeks > 100).
“Indeks keyakinan konsumen di Jatim pada Agustus sebesar 138,92 naik sebanyak 4,64 poin dibandingkan Juli sebesar 134,29. Tetap kuatnya keyakinan konsumen terhadap perekonomian di Jatim didorong oleh keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan,” ujarnya.
Sementara untuk survei Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang diukur dari tingkat penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, serta tingkat konsumsi durable goods tercatat pada meningkat dengan nilai 131,12, lebih tinggi dari Juli 2023 yang sebesar 126,27.
“Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan mendatang atau sampai Februari 2024 mengalami peningkatan. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang diukur dari tingkat penghasilan, kegiatan usaha serta ketersediaan lapangan kerja sebesar 146,72, lebih tinggi dari pada Juli 2023 sebesar 142,31,” imbuhnya.