Bisnis.com, SURABAYA — Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat komoditas beras di sepanjang tahun hingga September telah mengalami kenaikan sampai 18,09 persen.
Kenaikan harga beras yang terus menerus terjadi setiap bulan ini telah mendorong laju inflasi di Jatim yang secara year to date (ytd) atau dari Januari - September 2023 mencapai 2,04 persen, dan secara month to month (mtm) 0,32 persen, atau 3,01 persen (year on year/yoy).
Fungsional Statistik Ahli Madya BPS Jatim, Umar Sjaifudin mengatakan pada September 2023 harga beras masih mengalami kenaikan yakni 6,62 persen (mtm). Kondisi ini diperkirakan karena pengaruh musim tanam, penurunan luas panen, dan adanya kebijakan setop ekspor beras oleh India.
“Selain itu ada faktor cuaca, yakni terjadinya El Nino, dan ini sudah ada peringatan dini musim kekeringan dengan prediksi peluang hari tanpa hujan mulai 21 September - 2 November 2023 di Jatim, hal ini menghambat permulaan musim tanam padi yang biasanya dimulai Agustus - September,” jelasnya dalam paparan BRS, Senin (2/10/2023).
Adapun dari 8 kota yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim, seluruhnya mengalami inflasi pada September 2023. Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep 0,72 persen, dan inflasi terendah di Banyuwangi 0,05 persen.
Inflasi Jatim pada September 2023 ini disumbang oleh sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga di antaranya beras naik 6,62 persen, bensin 1,44 persen, jeruk 4,21 persen, kentang 4,65 persen, gula pasir 1,87 persen, pembalut wanita 1,56 persen, serta biaya pulsa ponsel, angkutan udara, kontrakan rumah, dan emas perhiasan.
Baca Juga
Sedangkan komoditas yang menyumbang deflasi atau mampu menahan laju inflasi Jatim yakni telur ayam ras turun harga -9,15 persen, bawang merah -10,8 persen, cabai rawit -9,31 persen, bawang putih -3,78 persen, apel -3,83 persen, cabai merah -7,44 persen, kacang panjang -10,10 persen, anggur -3,80 persen, mangga -7,87 persen, dan minyak goreng -0,64 persen.