Bisnis.com, SURABAYA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memaparkan sejumlah strategi yang harus dilakukan Provinsi Jawa Timur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
Perry memaparkan, strategi yang perlu didorong yakni upaya hiliriasi yang bukan hanya di sektor minerba tetapi justru banyak peluang dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
“Hilirisasi ini bagaimana Jawa Timur bisa mengekspor, tapi bukan rempah-rempah mentah, karena rempah Jatim itu pusatnya. Hilirisasi uakeh banget (banyak sekali) karena Jatim adalah pusat pertanian, dan tentunya masyarakat pertanian akan kaya raya,” katanya saat menjadi pembicara dalam Bank Indonesia Mengajar 2023 di Universitas Airlangga Surabaya, Jumat (11/8/2023).
Menurutnya, hilirisasi bisa dilakukan secara cepat misalnya dalam satu desa satu produk, yang kemudian masuk dalam digitalisasi untuk pemasaran dan packaging.
“Dalam hilirisasi Jatim hanya perlu melakukan proses packing, cap/branding, sedangan Pemprov Jatim yang akan menjadi offtaker nya,” katanya.
Berikutnya, kata Perry, strategi yang wajib dilakukan adalah digitalisasi sebab sekitar hampir 70 persen penduduk Indonesia adalah milenial yang lebih mumpuni menerima digitalisasi.
Baca Juga
“Yang tua-tua ini sedang indekos, karena yang punya rumah Indonesia adalah yang muda-muda. Oleh karena itu, dunia anak-anak ini adalah dunia yang digital. Jatim bisa melakukan, apalagi dengan Unair bisa membangun start-up. Maka jadikan anak-anak kita mahir digital, tapi untuk anti plagiat adalah prilaku paling penting,” ujarnya.
Perry melanjutkan, strategi berikutnya adalah bagaimana membangun ekonomi kerakyatan dan hijau. Meskipun value added untuk pertumbuhan ekonomi lebih rendah tetapi untuk penciptaan lapangan kerja sangat tinggi.
“Maka mari kita bantu ekonomi rakyat Jatim menjadi maju, lapangan kerja banyak, dan rakyat makmur,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan pemerintah bersama dengan Bank Indonesia, pelaku usaha dan masyarakat sejauh ini telah berupaya mempertahankan ekonomi agar lebih baik terutama setelah terjatuh akibat pandemi Covid-19.
“Bahkan tahun ini ramalannya tahun suram karena tahun lalu harusnya kalau mau nge-gas setelah pandemi reda, ternyata perlambatan ekonomi global terasa tahun ini. Namun Alhamdulilah di tengah perlambatan itu, ekonomi Jatim di kuartal II/2023 mampu tumbuh 5,24 persen (Yoy), di saat yang sama inflasi kita 0,15 persen (mtm) di bawah nasional,” katanya.
Emil menambahkan, pertumbuhan ekonomi yang positif dan semakin membaik dari kuartal-kuartal sebelumnya itu merupakan kerja bersama seluruh pihak sebagai bagian orkestrasi kerja yang luar biasa.
“Momentum ini harus dijaga, seperti inflasi yang year to date (ytd) atau kumulatif di Jatim 1,6 persen, padahal ini sudah bulan kedelapan. Mudah-mudahan kita bisa mempertahankan inflasi yang tetap rendah, karena kami ingin menjaga Jatim pada posisi sebagai lokomotif Indonesia,” imbuhnya.