Bisnis.com, TAWANGMANGU — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) wilayah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) mencatat adanya over supply produksi gas hingga 25 persen di Jatim.
Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi mengatakan over supply gas ini menjadi berkah tersendiri mengingat dalam tiga tahun berturut-turut mengalami kekurangan gas di tengah permintaannya yang tinggi.
“Saat permintaan tinggi, yang bisa kita produksi dan salurkan hanya 452 MMsfd. Namun sejak akhir tahun lalu, ada penambahan produksi gas sekitar 350 MMscfd,” ujarnya saat Lokakarya Media Periode II SKKMigas - KKKS Jawa Bali dan Nusa Tenggara di Tawangmangu, Rabu (5/7/2023).
Adapun saat ini produksi minyak dan gas di wilayah Jatim terus mengalami peningkatan. Produksi minyak hingga Mei 2023 telah mencapai lebih dari 190.000 barrel/hari, lebih tinggi dari target 180.000 barrel/hari.
Sedangkan produksi gas di Jatim telah mencapai 747 MMscfd, dengan tingkat penyerapan oleh penggunannya hanya sekitar 564 MMscfd sehingga terdapat 25 persen potensi gas di Jatim yang belum terserap.
Menurutnya, peningkatan produksi gas tersebut disebabkan karena adanya tambahan produksi di sejumlah lapangan gas, di antaranya lapangan Jambaran Tiung Biru sekitar 192 MMscfd, HCML Sampang sekitar 100 MMscfd dan pada bulan ini juga ada penambahan dari Husky di lapangan MAC di Sumenep sebesar 50 MMscfd.
Baca Juga
“Sebagian besar produksi gas saat ini diserap oleh PT PLN (Persero), PT Petrokimia Gresik dan Subhoding Pertamina Gas atau PGN. Kalau PLN menyerap gas langsung dipakai untuk menggerakkan turbin listrik, Petrokimia untuk produksi pupuk, sedangkan PGN tidak bisa menggunakan gas langsung karena harus dijual ke industri yang butuh,” jelasnya.
Nurwahidi menambahkan, agar over supply gas ini bisa terserap optimal, diharapkan banyak industri di Jatim yang beralih menggunakan gas untuk produksi, untuk menggantikan batu bara dan minyak.
“Industri mungkin masih belum siap untuk menggunakan gas dalam proses produksinya, tetapi sebenarnya harga gas lebih murah sekitar 30 - 40 persen dari harga minyak,” imbuhnya.
Untuk mengoptimalkan penyerapan gas, SKK Migas terus melakukan sosialisi terkait besarnya potensi produksi gas ini, termasuk berupaya mempertemukan industri hulu migas dengan industri potensial.