Bisnis.com, SURABAYA — Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur menyebut tren inflasi Jatim tahun ini masih kurang menggembirakan karena jauh di atas target akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) maupun produktivitas tanaman hortikultura.
Deputi Kepala BI Jatim, Rizki E. Wimanda mengatakan BPS Jatim mencatat hingga Oktober 2022, tren inflasi Jatim sudah berada di angka 6,65 persen bahkan masih cenderung meningkat hingga akhir tahun, sedangkan awalnya inflasi 2022 ditargetkan 3 persen +- 1 persen.
“Inflasi ini kurang menggembirakan, di mana sumber peningkatan inflasi tahun ini bersumber pada komoditas volatile food dan komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah,” katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 di Surabaya, Rabu (30/11/2022).
Dia menjelaskan, faktor pendorong inflasi 2022 yakni adanya gangguan pasokan pada tanaman hortikultura seperti bawang merah, cabai merah dan cabwai rawit akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau penyakit antranoksa.
“Begitu juga penyesuaian tarif BBM pada kuartal III yang rerata naik 30 persen, baik Pertalite maupun solar yang berdampak pada inflasi 1,8 persen, lalu dampaknya pada tarif angkutan 1,2 persen, dan dampak pada berbagai komoditas 0,18 persen dan volatile food 0,36 persen,” paparnya.
Rizki menjelaskan, harga beras saat ini juga terus meningkat. Hasil analisa BI, penyebabnya adalah rendahnya stok beras di Bulog dan dampak kenaikan harga BBM yang mengakibatkan biaya distribusi, biaya tenaga kerja dan harga pupuk.
Baca Juga
Dia melanjutkan, Pemprov Jatm bersama BI melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah melakukan high level meeting sebanyak 20 kali tahun ini untuk memperluas kesepakatan kerja sama antar daerah secara business to business (B2B).
“Sebagai contoh Jatim dengan Kalimantan Utara dan Maluku Utara untuk komoditas ayam dan telur, serta Jombang dengan Pemprov Jatim untuk memasok beras,” jelasnya.
Rizki menjelaskan, setidaknya ada empat aksi/gerakan yang diimplementasikan oleh TPID yakni perluasan kesepakatan kerja sama antar daerah, urban farming Merdeka dengan pemberian bibit cabai sebanyak 77.000 bibit, lalu bantuan green house dan operasi pasar serentak.
"Kestabilan harga dan pasokan volatile food ini menjadi PR kita bersama. Untuk itu dibutuhkan sinergi dan inovasi untuk memperkuat ketahanan dan kebangkitan perekonomian kita," imbuhnya.