Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Produksi Ayam DOC dan Telur akan Dipacu Ekspor

Ke depan ini akan terbuka peluang suplai DOC FS Layer dari Indonesia, dan Indonesia berpeluang besar untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan Singapura.
Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Tjiu Thomas Effendy (kiri) didampingi Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian, Bambang (tengah) dan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, Agung Suganda melakukan seremoni pelepasan ekspor perdana produk DOC (day-old chick) ke Singapura di Sidoarjo, Senin (28/11/2022)./Bisnis - Syaharuddin Umngelo
Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Tjiu Thomas Effendy (kiri) didampingi Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian, Bambang (tengah) dan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, Agung Suganda melakukan seremoni pelepasan ekspor perdana produk DOC (day-old chick) ke Singapura di Sidoarjo, Senin (28/11/2022)./Bisnis - Syaharuddin Umngelo

Bisnis.com, SIDOARJO — Pemerintah akan memacu potensi pasar ekspor dari surplus hasil peternakan khususnya unggas seperti telur ayam maupun ayam DOC (day old chick) atau anak ayam umur 1 hari.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian, Agung Suganda menjelaskan produksi unggas ras di Indonesia selama ini telah memberikan kontribusi sebesar 60 persen terhadap PDB sektor peternakan, dan kontribusi unggas ras dalam bentuk daging dan telur sebesar 80,8 persen terhadap produksi peternakan.

“Dalam hal konsumsi, kontribusi produk unggas juga 2/3 dari konsumsi protensi hewani masyarakat Indonesia,” katanya saat pelepasan ekspor perdana produk DOC PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Senin (28/11/2022).

Untuk produksi daging ayam ras, sejak 2017 - 2022 rata-rata tumbuh 3,98 persen per tahun, dan tingkat kebutuhannya tumbuh rata-rata 2,77 persen per tahun. Sementara untuk produksi telur ayam ras tumbuh 5,19 persen per tahun dan tingkat kebutuhan telur ayam ras tumbuh 2,78 persen per tahun. 

Kementan mencatat, potensi produksi ayam ras nasional pada 2022 mencapai 3,60 juta ton, sedangkan kebutuhannya hanya 3,19 juta ton sehingga produksi ayam ras mengalami surplus 473.403 ton.

Sedangkan produksi telur ayam ras nasional tahun ini yakni 5,57 juta ton, dengan tingkat kebutuhan 5,5 juta ton sehingga mengalami surplus 63.066 ton.

“Hal ini menunjukkan Indonesia mampu menyuplai kebutuhan unggas dan produk turunan bukan hanya untuk masyarakat Indonesia, tapi surplus ini siap untuk menyuplai kebutuhan pangan global,” katanya.

Menurutnya, kelebihan produksi produk unggas ini telah memicu rendahnya harga ayam hidup dan telur ayam ras di tingkat peternak. Untuk itu pemerintah berupaya menjaga keseimbangan supply dan demand, dan menjaga ketersediaan dan keterjangkauan serta pemenuhan pangan bagi masyarakat Indonesia.

“Untuk mengatasi masalah suprlus dan menjaga keseimbangan harga, Kementan mendorong peningkatan ekspor khususnya unggas dan produk turunan,” imbuhnya.

Adapun kinerja ekspor komoditas peternakan per Januari - Oktober 2022 tercatat mencapai US$878 juta atau setara Rp13,2 triliun. Jumlah ekspor tersebut meningkat 3,03 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Khusus ekspor unggas selama Januari - Oktober 2022 tercatat mengalami pertumbuhan 7,4 persen dibandingkan periode sama 2021 yang hanya US$2,5 juta. Ekspor tersebut dilakukan ke berbagai negara seperti Singapura, Jepang, Papua Nugini, Timor Leste, Myanmar, Bangladesh dan Filipina.

“Seperti Singapura, kami mendapatkan info bahwa kebutuhan telur Singapura pada 2021 mencapai 2,14 miliar butir atau setara 137.051 ton. Hal ini bila dikalkulasikan membutuhkan populasi layer (ayam petelur) produktif sebanyak 7,2 juta ekor,” katanya.

Sementara, lanjut Agung, produksi ayam layer di Singapura baru mencapai 30 persen terhadap total kebutuhan. Sehingga Singapura pun menargetkan bisa meningkatkan produksinya secara bertahap setiap tahun hingga mampu memenuhi kebutuhan di atas 50 persen.

“Jadi ke depan ini akan terbuka peluang suplai DOC FS Layer dari Indonesia, dan Indonesia berpeluang besar untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan Singapura mengingat potensi surplus DOC FS Layer Indonesia tahun ini sebesar 18,07 persen dan sekitar 30 persen terbuka untuk pasar ekspor atau sebayak 11 juta ekor,” ujarnya.

Agung menambahkan, Singapura juga merupakan role model untuk standar keamanan pangan. Sehingga keberhasilan Indonesia, salah satunya melalui PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk yang melakukan ekspor DOC ke Singapura ini akan menjadi jalan masuk untuk pasar ekspor negara maju lainnya.

“Di tengah situasi global dan resesi beserta krisis pangan dan energi yang terjadi saat ini, Indonesia optimistis berpeluang ekspor unggas dan memasok bahan pangan untuk masyarakat termasuk untuk ekspor,” imbuhnya.

Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian, Bambang menambahkan pihaknya berkomitmen untuk terus memberi layanan perizinan ekspor produk pertanian serta bekerja sama dengan lintas instansi terkait agar mempermudah pelaku usaha.

“Sesuai arahan Mentan, kami lakukan Impres No.05 Tahun 2020 untuk mendukung ekosistem logistik nasional maka disiapkan perizinan Online Single Submission (OSS) dari lintas instansi sehingga layanan ekspor impor dapat efisien, efektif dan transparan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper