Bisnis.com, LUMAJANG - Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN) menargetkan tahun depan bisa merealisasikan proyek Tumpangsari Tebu dan Kedelai (Bule) di seluruh lahan kebun milik PTPN Group seluas 35.000 ha.
Direktur Utama Holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani menjelaskan Tumpangsari Bule merupakan pola tanam terintegrasi antara tebu dengan kedelai yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna lahan di perkebunan tebu dan menambah pendapatan perusahaan.
“Pada pilot project Tumpangsari saat ini sudah dilakukan di lahan beberapa PTPN dengan total 35 ha, salah satunya di PTPN XI yang dilakukan di Kebun HGU PG Djatiroto Lumajang sejak Juli lalu yang sekarang sudah panen,” jelasnya seusai panen perdana kedelai di demplot PG Djatiroto, Jumat (28/10/2022).
Dia mengatakan program Tumpangsari Bule yang melibatkan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini akan ditingkatkan menjadi 35.000 ha pada tahun depan yang akan dilakukan di lahan HGU semmua PTPN Group seperti PTPN II, VII, IX, III, dan X.
Menurutnya, tumpangsari ini akan menjadi bagian dari kekuatan bangsa untuk meningkatkan produksi kedelai mengingat tingkat konsumsi kedelai di Indonesia saat ini mencapai 3 juta ton yang 90 persennya disuplai impor.
“Nah kita ingin jadi tulang punggung untuk kebutuhan kedelai melalui program ini. Kalau luas lahan tebu kita secara total 450.000 ha ditanami kedelai saat baru bongkar ratun dan keprasan, makan akan dihasilkan sebanyak 500.000 ton atau bisa menyuplai 1/6 nya kebutuhan masyarakat,” jelasnya.
Baca Juga
Dia mengatakan program Tumpangsari Bule ini tidak hanya akan menambah pendapatan dan memenuhi kebutuhan konsumsi, tetapi juga akan meningkatkan produksi gula dari 768.000 ton ditarget menjadi 2,1 juta ton.
“Tanaman tebu akan semakin bagus karena ada bintil akar tanaman kedelai yang mengandung ribidium yang dapat menyuburkan lahan tebu,” imbuhnya.
Direktur Produksi dan Pengembangan PTPN III, Mahmudi menjelaskan dalam metode Tumpangsari Bule ini juga cukup efisien dari sisi biaya produksi. Dengan produktivitas Tumpangsari Bule 1,2 ton kedelai/ha dibutuhkan biaya setidaknya Rp16 juta/ha.
“Dan dengan harga jual kedelai saat ini Rp12.000/kg, kita bisa mendapatkan Rp18,2 juta/ha sehingga margin yang kita peroleh sebesar Rp2,2 juta/ha,” ujarnya.
Direktur PTPN XI, R. Tulus Panduwidjaja menambahkan pada panen perdana kedelai di demplot Tumpangsari Bule di lahan HGU Djatiroto ini dapat menghasilkan 1,2 - 1,5 ton/ha. Capaian panen itu memang masih belum sesuai dengan harapan dari taksasi awal yakni 2 ton/ha.
“Ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain, tingginya curah hujan yang menyebabkan sebagian polong kedelai busuk dan berjamur, bahkan berkecambah,” ujarnya.
Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), Aris Toharisman menambahkan program Tumpangsari Bule ini diharapkan bisa menjadi solusi mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional.
"SGN memberikan apresiasi atas keberhasilan demplot Bule. Kami berharap tebu dan kedelai ini dapat ditingkatkan produktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula maupun permintaan kedelai masyarakat,” imbuhnya.