Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emil Dardak Jadi Presiden EAROPH, Ini Inisiatif Jatim Dalam Kongres di Surabaya

Pola hidup masyarakat yang berubah drastis karena Covid-19 ini telah menimbulkan tantangan baru yang tidak hanya masalah perubahan iklim dan bencana alam.
Presiden EAROPH periode 2022 - 2024 dan Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak (ketiga kanan) bersama istri (kedua kanan) dan delegasi EAROPH saat pembukaan kongres ke-28 di Surabaya, Kamis (6/10/2022)./Bisnis - Peni Widarti
Presiden EAROPH periode 2022 - 2024 dan Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak (ketiga kanan) bersama istri (kedua kanan) dan delegasi EAROPH saat pembukaan kongres ke-28 di Surabaya, Kamis (6/10/2022)./Bisnis - Peni Widarti

Bisnis.com, SURABAYA — Pemerintah Indonesia bersama dengan delegasi Eastern Regional Organization for Planning and Human Settlements (EAROPH) tengah merumuskan solusi atas berbagai tantangan dalam pembangunan kota masa depan dari berbagai aspek.

EAROPH merupakan organisasi internasional yang didirikan pada 1956 yang beranggotakan para pakar, praktisi, akademisi, pemerintah, dan swasta di bidang perencanaan serta permukiman di wilayah Asia, Australasia dan Pasifik.

Presiden EAROPH periode 2022 - 2024, Emil Elestianto Dardak mengatakan tahun ini Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan EAROPH World Congress ke-28 di Surabaya selama 5 - 8 Oktober 2022.

Menurutnya, pola hidup masyarakat yang berubah drastis karena Covid-19 ini telah menimbulkan tantangan baru yang tidak hanya masalah perubahan iklim dan bencana alam. Untuk itu, perlu dilakukan antisipasi perubahan dan pola perkembangan wilayah.

“Nah ini tidak bisa dibicarakan secara sepotong, tetapi perlu kolaborasi lintas negara dengan para pakar. Dalam kongres ini akan menentukan agenda dan tren permukiman wilayah untuk 2 tahun ke depan sebelum tingkat estafet ke Pakistan,” ujarnya dalam konferensi pers EAROPH World Congress di Shangri-La Surabaya, Kamis (6/10/2022).

Emil yang juga Wakil Gubernur Jatim ini melanjutkan, dalam kongres ini Jatim lebih mengembangkan inisiatif infrastruktur hijau untuk membangun kota yang lebih hijau dan berkelanjutan. Begitu juga dari sektor swasta akan menyampaikan pengembangan jalan tol yang diandalkan sebagai mobilitas kendaraan pribadi maupun kendaraan umum seperti bus dan kendaraan logistik.

“Sebagai Presiden EAROPH saya ingin memberikan perspektif dari pemerintah lokal dalam agenda EAROPH ke depan, dengan mengambil contoh Jatim. Kami membangun daerah dengan kerja keras dari pemerintah lokal dan juga menyerap aspirasi masyarakat untuk mengejar pembangunan di dunia yang bergulir cepat, terutama setelah Covid-19,” imbuh Emil yang sebelumnya menjadi Wakil Presiden EAROPH.

Kongres yang mengusung tema The Future of Human Settlements: Accelerating Recovery and Ushering into a New Era of Sustainable Urbanization Post Covid-19 ini juga akan membahas pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, kawasan dan infrastruktur ramah lingkungan.

Organisasi internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti UNESCAP dan UN Habitat, serta Bank Pembangunan Multilateral, seperti World Bank dan Asian Development Bank (ADB) juga mengirimkan perwakilan mereka sebagai pembicara.

Dalam sambutan pembukaan kongres EAROPH ini, Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi perkotaan cukup besar mencapai 150 juta Jiwa. Diperkirakan populasi di perkotaan akan mencapai 70 persen pada 2040.

“Besarnya peningkatan populasi perkotaan itu menghadirkan tantangan tersendiri, termasuk tantangan urbanisasi dan perubahan iklim. Urbanisasi memang berpotensi memacu pertumbuhan ekonomi tapi banyak kota yang tidak menyiapkan perubahan populasi ini,” ujarnya.

Wali Kota Kuala Lumpur Malaysia, Datuk Seri Haji Mahadi Bin Che Ngah mengatakan, kehidupan di kota harus berlangsung secara berkelanjutan dengan mengantisipasi dampak buruk yang terjadi dari aktvitas masyarakat, contohnya masalah sampah plastik.

“Di Kuala Lumpur, kita fokus dalam upaya perputaran alam yang melibatkan plastik, karena membuang plastik bisa berakibat buruk pada alam, terutama di sungai, parit, dan laut dapat menggangu biota laut. Kita juga menghadapi perubahan iklim, kemacetan lalu lintas sehingga kongres ini akan berbagi pengalaman setiap kota dalam mendekatkan diri mencari solusi,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper