Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembatalan Penaikan Tarif Angkutan Udara Dongkrak Hunian Hotel

Saat tarif angkutan udara naik pada Juli langsung berdampak pada tingkat hunian hotel di Jatim.
Ilustrasi aktivitas tamu hotel menikmati lanskap dari ketinggian./Istimewa
Ilustrasi aktivitas tamu hotel menikmati lanskap dari ketinggian./Istimewa

Bisnis.com, MALANG — Pembatalan penaikan tarif angkutan udara diproyeksikan dapat meningkatkan tingkat hunian hotel yang sempat terpuruk pada Juli.

Ketua PHRI Jatim, Dwi Cahyono, mengatakan saat tarif angkutan udara naik pada Juli langsung berdampak pada tingkat hunian hotel di Jatim. Tingkat hunian yang sebelumnya di kisaran 50-55 persen tiba-tiba terjun bebas menjadi sekitar 45 persen.

“Penurunan terutama pada kunjungan wisatawan asal luar Pulau Jawa yang terpaksa membatalkan ke Jatim,” katanya, Rabu (24/8/2022).

Hal itu terjadi karena perusahaan travel, sulit menggantikan moda angkutan udara menjadi moda darat. Untuk wisatawan antar-kota antar-provinsi, masih aman karena perusahaan travel maupun wisatawan masih dapat menggunakan moda substitusi berupa angkutan darat sehingga biaya transportasi tidak terlalu tinggi dibandingkan angkutan udara.

Perusahaan travel maupun wisatawan tidak menggunakan moda transportasi udara karena kenaikannya sangat tinggi yang dipicu kenaikan avtur dan kurangnya pesawat yang beroperasi.

Seperti maskapai Garuda rute Jakarta-Bali, tarif biasanya mencapai Rp1 juta-an, namun pada Juli meningkat menjadi Rp2 juta-an. Namun saat Presiden Jokowi memerintahkan tarif tiket pesawat turun, harga tiket Jakarta-Bali sudah turun. Seperti maskapai Lion hanya membanderol Rp900.000-an.

Jika kondisi ini terus dapat dipertahankan, dia optimistis, tingkat hunian hotel akan tetap dijaga tinggi, bisa mencapai 50-55 persen, apalagi pada musim liburan maupun akhir pekan.

Solusi agar harga tiket dapat ditekan, menurut Dwi, pesawat yang beroperasi harus banyak. Karena itulah, pemerintah perlu memberikan insentif bagi maskapai agar dapat dan antusias dalam mengoperasikan pesawat dalam jumlah banyak.

Turut menjadi perhatian pelaku industri perhotelan di Jatim, terkait dengan harga BBM. Jika harga BBM naik, otomatis juga akan mengancam tingkat hunian hotel karena biaya transportasi otomatis menjadi naik.

Oleh karena itulah, idealnya harga BBM tetap dapat dijaga tidak naik agar ekonomi tetap dapat berjalan secara baik. Jika pun pemerintah tidak kuat menanggung subsidi yang terlalu besar, maka kenaikannya diupayakan tidak besar, tidak sampai harga keekonomiannya, sehingga dampak gandanya tidak terlalu besar dan dirasakan oleh berat oleh masyarakat.

Dengan harga BBM belum naik saja, kata dia, beban yang ditanggung pihak perhotelan sudah tinggi terkait kenaikan bahan-bahan makanan. Semula, pihak pengelola hotel mengira harga bahan makanan akan turun bersamaan dengan selesainya perayaan Idulfitri, namun ternyata tetap stabil tinggi.

Dampaknya, hotel menghitung kembali biaya produksi makanan dan minuman. Jika harga BBM naik, maka otomatis harga bahan makanan ikut terdampak naik.

“Yang menjadi masalah, apakah kenaikan itu juga dilakukan merata semua hotel. Jika tidak, maka hotel juga terpaksa untuk tidak menaikkan karena akan kalah bersaing dengan pesaing jika nekat menaikkan harga,” ucapnya.

Oleh karena itulah, solusi biasa dilakukan hotel dengan cara efisiensi seperti pengurangan karyawan, penggunaan listrik, mengurangi perawatan, dan lainnya.(K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper