Bisnis.com, MALANG — Kredit perbankan di wilayah di wilayah kerja OJK Malang berhasil menembus Rp76,72 triliun atau tumbuh 12,01 persen secara tahunan sampai dengan akhir semester I/2022.
Kepala OJK Malang, Sugiarto Kasmuri, mengatakan dengan total kredit sebesar itu maka berarti ada pertumbuhan sebesar Rp8,23 triliun. “Yang menyumbang kredit perbankan terbesar, yakni Kab. Malang dengan pertumbuhan 17,59 persen dengan nominal Rp3,67 triliun,” katanya, Rabu (3/8/2022).
Kredit yang disalurkan, sebagian besar untuk kebutuhan modal kerja yang mencapai Rp35,59 triliun (47,70 persen), debitur non-UMKM Rp47,72 triliun (62,20 persen).
Sedangkan sektor ekonomi yang mendominasi, yakni sektor perdagangan besar dan eceran Rp18,83 triliun (21,97 persen), industri pengolahan Rp15,82 triliun (20,62 persen), pemilikan peralatan rumah tangga Rp12,80 triliun (16,69 persen), pemilikan rumah tinggal Rp8,88 triliun (11,58 persen), dan konstruksi Rp6,38 triliun (8,31 persen).
“Untuk NPL, masih terjaga di bawah threshold. Dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya, rasio NPL mengalami perbankan dengan penurunan sebesar 0,53 persen,” katanya.
Dengan realisasi kredit sebesar itu, dia optimistis, target penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 11 persen-12 persen sampai akhir tahun dapat terpenuhi. Hal itu didasarkan fakta, adanya inflasi pada kinerja ekonomi sedang tumbuh.
Baca Juga
Indikator sederhana, kata dia, adanya inflasi yang menandakan ada peningkatan permintaan. Namun, inflasi harus dijaga rendah agar tidak dapat menjaga suku bunga acuan tetap dijaga rendah sehingga kredit dengan bunga yang relatif murah masih dinikmati pengusaha untuk menggerakkan sektor riil.
“Pertumbuhan kredit juga menunjukkan ekonomi bergerak. Pada masa pandemi, kredit mengalami kontraksi, minus, namun DPK justru naik tajam, ujarnya.
Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, mengatakan kinerja intermediasi perbankan sampai akhir Juni 2022 menunjukkan hasil yang positif.
Hal ini ditandai dengan peningkatan penyerapan kredit di sektor-sektor unggulan seperti perdagangan, industri pengolahan dan konstruksi. Fakta ini juga didukung dengan peningkatan penyaluran kredit modal kerja sebesar Rp36,59 triliun atau meningkat sebesar 47,7 persen.
“Dengan membaiknya realisasi kredit akan menggerakan mesin-mesin pertumbuhan ekonomi sehingga optimisme pemulihan ekonomi terus terjaga. Peningkatan penyaluran kredit ini didukung dengan berbagai kebijakan perbankan yang memberikan kemudahan layanan dengan tingkat bunga yang kompetitif,” kata Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.