Bisnis.com, SURABAYA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Region VIII mencatatkan kinerja penyaluran kredit ritel di Jawa Timur sepanjang 2021 telah mencapai Rp30,8 triliun atau tumbuh 11 persen (yoy).
Regional CEO Bank Mandiri Region VIII, I Gede Raka Arimbawa mengatakan capaian tersebut sejalan dengan implementasi strategi bisnis yang konsisten melalui optimalisasi tranformasi digital.
“Hasilnya, sepanjang tahun lalu, kami berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp28,03 triliun atau tumbuh 66,8 persen (yoy),” katanya dalam rilis, Jumat (18/2/2022).
Dia melanjutkan, kinerja positif lainnya juga terjadi pada penghimpunan dana murah yang tercatat mencapai Rp52,9 triliun atau naik 16 persen (yoy). Dalam ekspansi bisnis, Bank Mandiri terus mengembangkan layanan dan produk perbankan digital untuk memenuhi berbagai kebutuhan nasabah korporasi dan retail.
“Kami memiliki layanan digital Kopra by Mandiri yang merupakan solusi digital bagi industri nasional yang menyatukan para korporasi sampai pelaku usaha kecil menengah dalam suatu ekosistem, serta bagi ritel ada aplikasi Livin’ by Mandiri, kartu prabayar Mandiri e-money,” jelasnya.
Gede mengatakan secara nasional, kinerja penyaluran kredit konsolidasi Bank Mandiri hingga 2021 tercatat mencapai Rp1.050,16 triliun atau naik 8,86 persen (yoy), yang terdiri dari kredit korporasi Rp370 triliun naik 8 persen (Yoy), dan kredit komersial Rp174 triliun naik 9,7 persen.
“Sedangkan kredit UMKM secara nasional pada 2021 mencapai Rp103,5 triliun atau naik 15 persen. Pertumbuhan kredit tersebut salah satunya didukung oleh program KUR pemerintah sehingga realisasi KUR kami mencapai Rp35 triliun untuk 371.000 debitur, yang terdiri dari Rp9,93 triliun sektor pertanian, dan Rp6,88 triliun sektor industri pengolahan dan lainnya,” jelasnya.
Gede menambahkan untuk menjaga kualitas kredit nasabah, Bank Mandiri turut menjalankan amanat pemerintah dalam memberikan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 yakni hingga Desember 2021 secara nasional telah merestrukturisasi sebanyak Rp69,7 triliun.
“Nilai restruk ini turun dibandingkan kondisi 2020 yang mencapai Rp93,3 triliun. Kondisi penurunan ini seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya.