Bisnis.com, SURABAYA - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jawa Timur tahun menargetkan bisa membangun rumah subsidi atau rumah dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) sebanyak 20.000 unit.
Ketua DPD APERSI Jawa Timur, Makhrus Sholeh mengatakan target tersebut meningkat dibandingkan realisasi tahun lalu yang hanya mencapai 10.000 unit. Pada tahun lalu maupun 2020 pun realisasinya turun jika dibandingkan 2019 sebelum pandemi Covid-19.
“Sebelum Covid-19, pembangunan rumah subsidi dari Apersi bisa mencapai 20.000 unit, setelah ada pandemi turun menjadi hanya 10.000 unit. Penurunan juga disebabkan oleh faktor perubahan regulasi perizinan dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menjadi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG),” jelasnya di sela-sela Musda Apersi Jatim, Kamis (3/2/2022).
Dia mengatakan hingga saat ini terdapat sebanyak 5.000 - 6.000 unit rumah di Jatim yang masih belum keluar izin PBG nya. Adanya transisi perizinan dalam Online Single Submission (OSS) ini lah yang menyebabkan pembangunan program sejuta rumah menjadi melambat.
Sholeh menambahkan Apersi saat ini terus melakukan koordinasi dengan Kementerian PUPR, Saber Pungli, Badan Penanaman Modal, dan Badan Pertanahan guna mempercepat program pembangunan rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Harapannya PBG ini cepat dan ada relaksasi, terutama badan pertanahan agar bagaimana masalah split tanah bisa lebih cepat dan tidak lagi ada pungli. Selain itu, kami juga berharap perizinan pemasangan listrik agar tidak berat. Dulu listrik 1.300 hanya sekitar Rp1,4 Juta sekarang per unit rumah bisa Rp4 - Rp5 juta yang dibebankan ke pengembang,” jelasnya.
Baca Juga
Dia menambahkan di Jatim sendiri masih memiliki potensi yang besar untuk pengembangan rumah subsidi, termasuk pasar yang membutuhkan. Adapun daerah yang memilik potensi di antaranya adalah Gresik, Mojokerto, Jember, Banyuwangi, Kediri dan Kabupaten Malang.
“Kalau di Surabaya sudah tidak bisa sama sekali, dan di Sidoarjo sudah tidak bisa dikembangkan karena harga tanahnya sudah mahal, sedangkan harga rumah subsidi Rp150 jutaan. Minimal harga rumah di Sidoarjo itu Rp350 juta,” imbuhnya.