Bisnis.com, BATU - Area Modal Konservasi dan Edukasi (AMKE) di kawasan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu merupakan salah satu usaha wisata yang terdampak pandemi Covid-19 sehingga mengalami penurunan omzet bahkan minus.
AMKE Batu sendiri merupakan kawasan wisata yang dikelola secara mandiri oleh warga Kelompok Tani Hutan (KTH) Panderman, Oro-Oro Ombo - Batu sejak 2018. Awalnya, pengelola wisata ini hanya terdiri dari 32 kelompok tani, tetapi kini berkembang menjadi 72 kelompok.
Kawasan wisata yang memanfaatkan tanah desa seluas 10 hektare ini digarap dengan konsep wisata edukasi mulai dari edukasi pembibitan, pembuatan pupuk organik hingga pengembangan kandang komunal untuk hewan seperti kambing.
Sri Asih, Penyuluh Kehutanan dan Pendamping serta Pimpinan Pengelola AMKE, mengatakan sebelum pandemi, usaha warga ini diawali dengan pembibitan berbagai tanaman hias dan pohon.
“Jadi awalnya pemasukan kami lebih banyak berasal dari penjualan bibit-bibit tanaman/pohon dan pupuk organik, serta dari kegiatan studi banding dengan 17 edukasi. Kami banyak bekerja sama dengan instansi-instansi yang membutuhkan bibit yang banyak untuk penanaman,” katanya saat dikunjungi media dan Bank Jatim, Minggu (12/12/2021).
AMKE Batu juga terus mengembangkan berbagai potensi yang ada seperti pengembangan budi daya jamur tiram, budi daya lebah madu, hingga tanaman serai merah untuk bahan baku minyak atsiri.
Baca Juga
“Omzet yang kami terima dari penjualan bibit, kegiatan edukasi-edukasi atau studi banding itu rata-rata sekitar Rp250 juta per minggu atau sekitar Rp1 miliar per bulan. Namun, sejak pandemi langsung drop, tidak ada pesanan bibit, tidak ada kunjungan wisatawan,” katanya.
Di tengah kesulitan itu, kelompok tani AMKE tidak menyerah dan tetap terus merawat hewan ternak dan bibit-bibit tanaman yang ada. Hanya saja, AMKE terpaksa harus mengurangi tenaga kerja yang awalnya 50 orang, kini tinggal 15 orang.
Adapun saat ini AMKE Batu memiliki sekitar 17 edukasi, tetapi yang saat ini dibuka hanya 7 edukasi. Di antaranya seperti budi daya bibit, budi daya jamur merang dengan potensi panen 3 kg setiap hari untuk dijual di sekitar lokasi, budi daya madu lebah, kandang komunal kambing serta produksi minyak atsiri.
Paket edukasi dikenakan biaya Rp2,5 juta untuk 20 - 30 orang dan akan mendapatkan fasilitas materi, praktik, suvenir, konsumsi dan sertifikat. Jika peserta hanya di bawah 20 orang, maka biaya dikenakan Rp125.000/orang, dengan durasi edukasi selama 3 jam.
Selain itu, juga terdapat area camp permanen yang dapat disewakan seharga Rp180.000/tenda untuk 4 orang. Jika hanya ingin berkunjung saja, tiket masuk dihargai Rp10.000/orang.
“Pengunjung bisa menikmati pemandangan Kota Batu dari Panderman, dan juga bisa menikmati cafe yang ada dengan hidangan olahan seperti bakso, siomay, es krim dari porang. Ke depan rencananya kami juga akan kembangkan tempat pengolahan hasil panen jamur, diolah jadi makanan langsung agar bisa dinikmati pengunjung,” imbuh Sri Asih.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Risiko Bisnis Bank Jatim, Rizyana Mirda mengatakan AMKE Batu merupakan salah satu pemenang UMKM Bank Jatim Award dan telah mendapatkan hadiah berupa alat penyulingan minyak atsiri dan pengolahan madu.
“AMKE memenangkan UMKM Bank Jatim Award ini karena memiliki model usaha yang cukup unik dan bagus dengan memberdayakan masyarakat sekitar Oro-Oro Ombo. Harapannya AMKE bisa dikembangkan lagi, tentunya dengan peran perbankan dalam hal permodalan,” ujarnya.
Selain menerima hadiah, AMKE juga telah mendapatkan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Jatim dengan realisasi sebesar Rp275 juta. Rencananya, dana KUR tersebut dikembangkan untuk rumah produksi berbagai tanaman hasil hutan, dan hasil olahan bisa dijual kepada pengunjung. Ke depan, AMKE juga akan mengembangkan program penggemukan kambing dan sapi.
“Kita semua berharap agar pandemi terus membaik, dan AMKE bisa semakin dikenal orang, dan kunjungan bisa meningkat. Dengan berkunjung ke AMKE ini juga bagian dari upaya membantu pemulihan ekonomi nasional,” imbuh Mirda.