Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia menargetkan jumlah pengguna sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) pada tahun depan bisa mencapai 15 juta pengguna. Pertumbuhan pengguna ini yang diharapkan mengakselerasi ekonomi RI, terutama di sektor konsumsi.
Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengatakan saat ini transaksi non tunai telah mengalami peningkatan hingga 33,35 persen, dan jumlah uang elektronik meningkat 55,54 persen.
“Ini artinya masyarakat mulai menggunakan transaksi dengan elektronik. Namun, di negara kita, transaksi non tunai naik tetapi tunainya juga naik, berarti masyarakat juga masih senang membawa uang tunai, ini masih menjadi PR kita bersama agar masyarakat mau menggunakan QRIS,” katanya dalam peluncuran SIAP QRIS - Pasar Wonokromo - DTC, Jumat (3/12/2021).
Untuk itu, lanjutnya, BI bersama dengan perbankan dan pemerintah akan terus melanjutkan perjuangan agar Indonesia bangga menggunakan jaringan milik sendiri sehingga fee dari setiap transaksi keuangan tidak lari ke luar negeri ketika masih menggunakan jaringan luar negeri.
Saat ini, lanjut Rosmaya, Indonesia sendiri telah bekerja sama dengan bank Thailand sehigga sistem pembayaran QRIS pun dapat digunakan. Selain itu, dalam waktu dekat juga akan bekerja sama dengan Singapura dan Malaysia. Saat ini jumlah merchant QRIS di Indonesia sendiri telah mencapai 12,53 juta merchant.
Rosmaya menambahkan, seluruh masyarakat punya peran dalam memulihkan ekonomi nasional. Untuk itu, BI sangat mendorong percepatan vaksinasi yang dilakukan pemerintah daerah, serta meminta masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan termasuk dengan memanfaatkan transaksi digital untuk menghindari penularan virus.
Baca Juga
“Kewaspadaan kita dinilai, bahwa negara kita di mata dunia menjadi baik, tentunya ini akan mendorong sektor perdagangan kita akan lancar. Jadi peran kita dalam pandemi ini adalah mau tidak mau harus mengubah kebiasaan, dan kita mendorong digitalisasi,” imbuhnya.