Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peternak Ayam Blitar Tolak Jagung Subsidi akibat Kualitas Rendah

Jagung subsidi sebanyak 350 ton yang dijual kepada peternak dengan harga murah ini memiliki kadar air yang sangat basah.
Pengukuran kandungan air jagung subsidi asal Kementan./dok. PPRN Blitar
Pengukuran kandungan air jagung subsidi asal Kementan./dok. PPRN Blitar

Bisnis.com, SURABAYA — Kalangan peternak ayam petelur di Blitar Jawa Timur sebagian besar menolak jagung subsidi seharga Rp4.500/kg dari Kementerian Pertanian sebab kadar air di atas 20 - 30 persen. 

Ketua Asosiasi Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar, Rofi Yasifun, mengatakan jagung subsidi sebanyak 350 ton yang dijual kepada peternak dengan harga murah ini memiliki kadar air yang sangat basah. 

"Padahal kita minta jagung sesuai kesepakatan dengan kadar air 15 persen sampai 17 persen, tetapi yang datang malah sangat basah setelah kita cek," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (30/9/2021). 

Dia mengatakan sebagian besar peternak menolak dan telah melaporkannya kepada jajaran Ditjen Tanaman Pangan Kementan soal kondisi jagung subsidi tersebut. 

“Tapi sebagian lagi ada peternak yang menjemur lagi jagung tersebut agar kadar air berkurang,” imbuhnya.

Rofi menambahkan, bantuan jagung subsidi seharga Rp4.500/kg tersebut berbeda dengan jagung subsidi bantuan dari Presiden Joko Widodo yang hasil Rakornasnya baru digelar minggu lalu.

“Yang dari hasil rakornas minggu kemarin itu, Bulog yang mendapat penguasan sebagai pelaksana pendistribusian jagung subsidi, jadi bantuan Presiden belum datang ke Blitar,” katanya.

Diketahui peternak ayam petelur telah meminta bantuan pemerintah agar harga jagung untuk pakan ternak tidak mahal. Saat ini harga mencapai rerata Rp7.000/kg di Jatim. Dengan tingginya harga jagung tersebut, tidak sebanding dengan harga jual telur ayam di pasar yang masih sangat rendah akibat tingkat penyerapan pasar yang tidak optimal.

Harga telur ayam saat ini juga masih jauh dari harga pokok produksi peternak yang seharusnya mencapai Rp22.750/kg. Namun, harga telur di tingkat peternak hanya mampu terjual seharga Rp13.000 - Rp14.000/kg.

“Selama 11 bulan terakhir ini peternak ayam petelur sudah merugi, rata-rata kerugian sampai Rp6.000 - Rp7.000/kg nya,” ujar Rofi.

Menurutnya, rendahnya tingkat penyerapan hasil produksi telur ayam peternak ini disebabkan oleh adanya pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM untuk pencegahan Covid-19.

“Di samping itu, ada oknum yang tidak bertanggung jawab dengan mengunggah harga telur di sosial media dengan harga yang sangat murah sekitar Rp13.000/kg. Info-info harga di pagi hari seperti ini akhirnya mempengaruhi harga telur yang seharusnya baru terbentuk pada siang hari,” imbuhnya.

Para peternak Blitar juga sempat menggelar bazar telur dengan harga Rp19.000/kg, serta membagikan telur gratis sebanyak 5.000 an pack pada 28 September lalu. Namun, aksi para peternak tersebut dibubarkan pihak kepolisian karena menimbulkan kerawanan dan kerumunan. 

Berdasarkan pantauan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim per 30 September 2021, harga ayam telur ras rata-rata di Jatim masih bertengger di posisi Rp18.500/kg. Harga tertinggi terjadi di wilayah Pamekasan yakni Rp20.000/kg dan harga terendah terjadi di Blitar dan Pacitan sekitar Rp17.000 an per kg.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper