Bisnis.com, SURABAYA - Program Export Center Surabaya (ECS) yang merupakan program Kementerian Perdagangan dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim diyakini bisa menembus pasar ekspor hingga US$100 juta sampai akhir tahun ini.
Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto mengatakan hingga Agustus 2021 tercatat kinerja ekspor melalui ECS Sudah mencapai sekitar US$70 juta dan diharapkan sampai akhir tahun bisa terealiasi US$100 juta dari target keseluruhan sebesar US$64 juta.
“Keberhasilan dalam mencapai pasar ekspor ini merupakan hasil kerja sama Kadin Jatim, juga Rumah Kurasi yang disiapkan Bank Indonesia serta oleh Pemprov Jatim,” katanya, Senin (27/9/2021).
Dia mengatakan keberadaan ECS serta Rumah Kurasi ini telah mendorong adanya eksportir-eksportir baru terutama UMKM yang ingin go internasional. Setidaknya Sudah ada 100 eksportir baru yang sudah bisa melakukan ekspor melalui ECS.
“Eksportir baru yang sudah berhasil masuk pasar ekspor ini kebanyakan dengan produk makanan minuman, kerajinan, emas perhiasan, furnitur, sampai minyak jelanta. Negara ekspor yang dituju seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Asia,” ujarnya.
Adik mengatakan, di Jatim terdapat banyak pelaku usaha yang memiliki potensi besar untuk menembus pasar ekspor. Hanya saja memang belum bisa merealisasikan ekspornya akibat berbagai faktor yang akan terus dicarikan solusi melalui ECS dan Rumah Kurasi.
Baca Juga
“ECS sendiri memberikan layanan konsultasi bagi para calon eksportir, salah satunya seperti mendapatkan informasi dan calon pembeli dari luar negeri, serta standar kualitas apa yang dibutuhkan oleh pasar luar negeri,” imbuhnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan Export Center Surabaya ini menjadi sumber pengembangan potensi yang luar biasa, ditambah dengan adanya Rumah Kurasi Bank Indonesia yang direplikasikan di 7 titik.
“Terkonfirmasi bahwa ada sekitar 120 - 140 item produk UMKM yang dilayani di Rumah Kurasi, dan ini berkesinambungan dengan Export Center,” ujarnya.
Dia menambahkan Jatim memiliki fokus utama dalam meningkatkan laju ekspor di antaranya adalah pengembangan Kawasan Industri Halal di Sidoarjo yakni Safe N’ Lock, upaya peningkatan diversifikasi produk, hingga peningkatan standard isasi dan desain produk industri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, kinerja ekspor non migas Jatim pada Agustus 2021 tercatat US$1,93 miliar atau naik 40,56 persen dibandingkan Agustus 2020 yang tercatat US$1,37 miliar. Begitu juga bila dibandingkan dengan Juli 2021 ekspor Jatim juga naik 18,18 persen yakni sebesar US$1,63 miliar.
Berdasarkan golongan barang ekspor pada Agustus 2021 yang mengalami kenaikan adalah lemak/minyak hewan nabati, tembaga, bahan kimia organik, permata/perhiasan, ikan dan udang. Sedangkan golongan barang yang turun ekspornya yakni kakao/cokelat, tembakau, kendaraan dan bagiannya, alas kaki serta pupuk.
Sepanjang Januari - Agustur 2021, pangsa pasar ekspor Jatim terbesar disumbang oleh Amerika Serikat 16 persen, Jepang 15,31 persen, China 13,61 persen, Malaysia 7,46 persen, India 4,67 persen, Korea Selatan 3,31 persen, disusul Vietnam, Thailand, Belanda dan Australia.
