Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Cukai 2022, Ribuan Pekerja Industri Rokok Jatim Terancam Kehilangan Pekerjaan

Kenaikan cukai rokok akan mengerek harga rokok, dan perusahaan akan melakukan berbagai efisiensi, termasuk mengurangi jam kerja, pengurangan upah dan pengurangan karyawan.
Ilustrasi - Buruh pabrik mengemas rokok SKT di Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) Kudus./Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan
Ilustrasi - Buruh pabrik mengemas rokok SKT di Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) Kudus./Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, SURABAYA - Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman (FSP RTMM) SPSI Jawa Timur menyebut sekitar 65.000 pekerja pabrik rokok di Jatim terancam kehilangan pekerjaan jika ada kenaikan cukai rokok 2022.

Ketua FSP RTMM SPSI Jatim Purnomo mengatakan pihaknya secara resmi telah menolak kenaikan cukai rokok tahun depan sebab hal itu akan mengerek harga rokok, dan perusahaan akan melakukan berbagai efisiensi, termasuk mengurangi jam kerja, pengurangan upah dan pengurangan karyawan.

“Kami berharap pemerintah mendengar keluh kesah para pekerja industri rokok, termasuk petani tembakau. Selama satu setengah tahun pandemi, pekerja rokok sudah berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari,” ujarnya, Jumat (27/8/2021).

Diketahui di Jatim saat ini tercatat ada sekitar 64.431 pekerja pabrik rokok. Jumlah tersebut sudah berkurang sebanyak 5.000 pekerja dibandingkan 2020. Kondisi ini menunjukkan bahwa kenaikan cukai rokok tahun lalu telah berimbas pada penurunan jumlah pekerja industri rokok.

Dia mengatakan bahkan selama pandemi Covid-19 sedikitnya ada 4 pabrik rokok yang tutup. Sementara pabrik-pabrik lain terus berupaya bertahan dengan strategi efisiensi.

“Kami berharap pak Presiden menunda dulu kenaikan cukai, jangan sampai industri ini hancur,” ujarnya.

Purnomo menambahkan untuk diketahui pelaku industri dan tenaga kerja dari produk Sigaret Kretek Tangan (SKT) merupakan sektor padat kaya yang paling banyak mempekerjakan perempuan sebagai pelinting rokok. 

“Umumnya mereka adalah tulang punggung keluarga dan sumber nafkah utama. Kami berharap pemerintah melindungi rakyat kecil sektor ini agar bisa bertahan di tengah tekanan pandemi,” imbuhnya.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jatim Muhdi menambahkan pihaknya pun memprediksi hasil produksi petani tembakau tahun ini akan mengalami penurunan hingga 30 persen akibat dampak cuaca, dan pasar sedang lesu.

“Jadi dari sekitar 100.000 hektar areal produksi tembakau di Jatim, kemungkinan hanya sekitar 80.000 ha yang bisa panen,” ujarnya.

Muhdi menambahkan berkaca pada kondisi tahun lalu, adanya pengumuman kenaikan cukai langsung memukul harga jual tembakau di tingkat petani yang saat itu sedang dalam musim panen.

Menurutnya, ketika tarif cukai naik, dan harga julan rokok naik seharusnya harga tembakau petani juga naik. Namun pada kenyataanya dengan kenaikan cukai, membuat serapan tembakau oleh pabrik menurun, dan membuat harga tembakau petani ikut turun.

“Kami menolak kenaikan tarif cukai, karena harga tembakau petani pasti akan langsung drop. Pada pekan lalu saja banyak tanaman tembakau yang mati karena hujan deras, ditambah lagi menjekang September belum ada pabrikan yang melakukan pembelian tembakau,” ujarnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper