Bisnis.com, SURABAYA - Kematian seringkali datang layaknya pencuri. Tak memberi tahu. Saat pandemi Covid-19 melanda di Jawa Timur, sebanyak 21.997 orang meninggal.
Termasuk di antaranya orang tua empat anak bersaudara asal Asemrowo, Surabaya. Sang ayah berpulang setahun lalu diduga karena Covid-19 dan sang ibu berpulang dua pekan lalu, karena sakit tifus. Kini, Bayu Pramudinata, anak tertua yang baru lulus SMA, menjadi pengemudi ojek daring untuk menghidupi adik-adiknya.
"Pendapatan sehari-hari dari gojek online...bagaimana caranya adik-adik ini bisa lanjut sekolah," kata Bayu soal harapannya.
Kisah Bayu ini mencuat setelah polisi mendapat informasi dari ketua rukun warga. Media massa kemudian mengangkat kisah pemberian bantuan ke mereka. Sejumlah forum netijen di Surabaya juga memperbincangkannya, dan lembaga pendidikan tempat belajar keluarga ini mengulirkan kebijakan khusus.
Bila merujuk data resmi yang dirilis Pemprov Jatim, ada 3.013 pasien Covid-19 meninggal di rentang usia 31-45 tahun. Artinya bila mereka berkeluarga, usia buah hatinya masih di rentang belajar, sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Pasien meninggal rentang usia 46-59 tahun sebanyak 8.952 orang. Bilamana mereka memiliki buah hati, maka sebagian buah hatinya juga berada di rentang usia belajar pula, ada yang kuliah, SMA atau pendidikan menengah pertama.
Baca Juga
Data pemerintah juga memerinci berdasar jenis kelamin, pasien Covid-19 yang meninggal sebanyak 50,5 persen laki-laki dan 49,5 persen perempuan.
Korban Covid-19 di Jawa Timur berdasarkan jenis kelamin dan rentang usia./Kemenkes
Meski pemerintah merilis data resmi korban Covid-19, di masyarakat tidak semua kematian warga usia produktif terdata. Sehingga untuk mendapat data riil yatim piatu yang terdampak selama pandemi corona ini tidak ada penyedia datanya.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur memperkirakan yatim piatu akibat Covid-19 sebanyak 5.082 orang.
Dalam skala nasional, Kementerian Sosial (Kemensos) memerhatikan dampak pandemi termasuk kasus anak terpisah dari orang tuanya yang meninggal terpapar Covid-19 atau dirawat dalam ruang isolasi.
“Kemensos sudah menyusun protokol pengasuhan anak terdampak Covid-19 yang bekerja sama dengan lembaga lain maupun pemerintah daerah,” kata Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Eka Kanya Santi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Baru-baru ini, Kemensos memberikan perhatian kepada bocah Vino (10) yang menjadi yatim piatu karena ibu dan bapaknya meninggal terpapar Covid-19. Ada juga respons kasus terhadap BSS (18), disabilitas intelektual di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. BSS tidak memiliki tempat tinggal setelah kedua orangtuanya meninggal karena Covid-19.
Ketua DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah mendata anak-anak yang kehilangan orang tua (yatim/piatu) akibat dampak pandemi Covid-19 agar diberi perlindungan dan bantuan.
"Hingga saat ini, saya belum melihat adanya data khusus terkait anak-anak Indonesia yang kehilangan orang tua mereka karena Covid-19. Kita perlu data tersebut sebagai langkah untuk memberi perlindungan," kata Puan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Dia menilai data tersebut sangat diperlukan untuk memastikan negara hadir memberikan perlindungan yang tepat terhadap anak-anak yang kehilangan orang tua karena pandemi Covid-19. Perlindungan mulai dari santunan sampai pengasuhan, tergantung kondisi sosial masing-masing anak.
"Negara harus bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anak Indonesia yang menjadi korban bencana kesehatan ini," ujarnya.
Pandemi sudah terjadi satu setengah tahun, sebagian yatim di rentang usia belajar sudah mulai memasuki tahun ajaran baru. Semoga uluran tangan negara segera nyata, entitas masyarakat hadir, menjamin pendidikan dan masa depan yatim piatu, agar mereka tak kehilangan kedua kalinya - hilang orang tua dan semangat menatap masa depannya.