Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus kebut pengembangan industri kreatif melalui program Millenial Job Center (MJC) yang ditargetkan mencapai 3.000 proyek kreatif berbasis transformasi digital.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan program MJC hadir di Jatim hingga saat ini Pemprov Jatim sudah merealisasikan sebanyak 1.500 proyek yang dikembangkan oleh SDM kreatif di Jatim.
“Realisasi MJC kita sudah lebih dari 1.500, sekarang targetnya kita kebut sampai 3.000 project, bahkan cita-cita kami bisa mencapai 10.000,” katanya, dalam virtual Media Gathering Pertamina, Kamis (24/6/2021).
Dia mengatakan program MJC memiliki 2 manfaat sekaligus, yakni pertama untuk menjawab realita dunia kerja saat ini di mana perusahaan-perusahaan sekarang tidak bersaing untuk mencari pegawai karena harus bisa efisiensi dan ramping dengan adanya teknologi.
Sebab perusahaan yang hanya memilih masa lalu dan tetap gemuk dalam organisasi bahkan tidak mengandalkan digital makan akan kalah efisisen dengan yang melakukan transformasi.
“Manfaat berikutnya adalah bagi SDM, ini adalah peluang kerja yang bukan konsep kepegawaian, tapi pekerjaan seperti pemberi jasa dan klien. Kendala saat ini, kita punya banyak talenta potensial tetapi mereka belum punya resume, jadi pekerja kreatif ini bekerja saat ada proyek dan provinsi memfasilitasi ruang ini untuk mensuplai SDM bagi pelaku usaha,” jelasnya.
Emil mencontohkan untuk industri kreatif berupa fotografi produk. Pelaku usaha atau UMKM tidak hanya menciptakan sebuah produk dengan kemasan yang kreatif, tetapi juga membutuhkan model pemasaran yang menarik melalui foto produk dengan menggandeng jasa fotografi produk.
“Nah teknik-teknik ini sudah dikuasi fotografer produk yang punya bakat tapi tidak punya pengalaman, makanya kita hadirkan mentor dalam MJC yang kemudian diintegrasikan dengan pelaku usaha untuk dipakai jasanya,” katanya.
Emil menambahkan selain program MJC, Pemprov Jatim juga terus mendorong industri kreatif melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari, salah satunya mencoba membuat klaster animasi.
“Ini diharapkan seperti Silicon Valley, kita mau buka studio yang akan diisi tenant-tenant studio animasi yang selama ini mengekspor karyanya ke India dan China. Lalu syaratnya tenant ini akan berdampingan juga dengan SMK supaya bisa suplai SDM,” jelasnya.
Bahkan, lanjutnya, KEK Singosari akan dibuat seperti konsep Kampung Inggris tetapi khusus untuk kelas animasi. Seseorang bisa tinggal selama seminggu atau sebulan untuk belajar animasi sekaligus berwisata.
“Nah geliat industri kreatif yang ada ini yang harus didorong bersama bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga sinergi dengan swasta karena ini akan menjadi sumbangsih bagi perekonomian di Jatim,” imbuhnya.