Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dunia Mulai Pulih, Ekspor Non-Migas Jatim Tumbuh 28,96 Persen

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Dadang Hardiwan mengatakan tumbuhnya kinerja ekspor non-migas pada April ini dibandingkan kondisi tahun lalu ini menandakan perekonomian dunia mulai kembali pulih setelah terdampak pandemi.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, SURABAYA - Kinerja ekspor non migas di Jawa Timur pada April 2021 tercatat mencapai US$1,76 miliar atau mengalami pertumbuhan 28,96 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mampu US$1,37 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Dadang Hardiwan mengatakan tumbuhnya kinerja ekspor non-migas pada April ini dibandingkan kondisi tahun lalu ini menandakan perekonomian dunia mulai kembali pulih setelah terdampak pandemi.

“Hanya saja pada periode April ini, ekspor non-migas Jatim mengalami penurunan -4,31 persen jika dibandingkan dengan Maret 2021 yang mencapai US$1,84 miliar,” katanya dalam paparan berita statistik, Kamis (20/5/2021).

Dia mengatakan sektor non migas sendiri menyumbang 90,74 persen dari total kinerja ekspor di Jatim. Secara rinci, dari non-migas ini disumbang oleh sektor pertanian sebesar 7,48 persen, pertambangan 9,26 persen dan industri 83,09 persen.

Adapun, ekspor produk pertanian Jatim pada April lalu sebesar US$145,37 juta atau naik 8,18 persen (yoy), tetapi turun -8,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Sedangkan industri pengolahan US$1,6 miliar atau tumbuh 31,40 persen (yoy), tetapi turun -3,93 persen dibanding Maret. Sementara sektor pertambangan US$3,19 juta atau turun -2,05 persen dibandingkan bulan sebelumnya bahkan anjlok -22,51 persen dibandingkan April 2020.

Berdasarkan golongan barang, ekspor yang mengalami kenaikan permintaan adalah berbagai produk kimia, daging dan ikan olahan, kendaraan dan bagiannya, pesawat meakin dan bulu unggas. Sedangkan barang yang permintaannya anjlok di antaranya seperti komditas kopi, teh rempah-rempah, tembaga, pupuk, lemak dan minyak hewan/nabati, besi dan baja.

“Berdasarkan negara tujuan, yang mengalami penurunan permintaan adalah Vietnam minus US$6,28 juta, lalu Bangladesh, India, Jepang, China. Sedangkan negara yang justru permintaanya tinggi adalah Malaysia, Amerika Serikat, Spanyol, Singapura dan Jordan,” jelas Dadang.

Secara total pangsa pasar ekspor, Jepang merupakan negara yang memiliki kontribusi paling besar yakni 16,07 persen, Amerika Serikat 15,91 persen, China 12,72 persen, disusul Malaysia 7,70 persen, India 4,52 persen, Vietnam 3,61 persen, Korea Selatan 3,23 persen, Thailand 3,14 persen, Belanda 2,91 persen dan Australia 1,87 persen.

“Pangsa terbesar ekspor kita masih lah tetap Asean yakni 18,19 persen, sedangkan Uni Eropa berkontribusi 8,99 persen,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper