Bisnis.com, MADIUN – Desa di Kabupaten Madiun yang kini menjadi desa jutawan gara-gara tanaman porang bukan hanya Desa Durenan, Kecamatan Gemarang. Tetapi, warga di Desa Pajaran, Kecamatan Saradan kini juga memiliki kondisi serupa.
Di Desa Pajaran, sebagian besar warganya kini menjadi jutawan setelah mereka menanam porang. Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Pajaran, Wisdianto, 41, mengatakan di desanya kini ada sekitar 700 petani porang. Ratusan petani itu yang produktif menanam porang.
Dia menuturkan saat ini lahan di Desa Pajaran yang ditanami porang sekitar 800 hektare. Sedangkan hutan yang ada di desa tersebut lahannya mencapai 3.600 hektare.
“Lahan 800 hektare itu yang kini sudah ditanami porang dan pengembangan,” kata dia, Sabtu (24/4/2021).
Pria yang akrab disapa Antok itu menyampaikan banyak warga desanya yang kini bisa memenuhi kebutuhan hidup harian dari panen porang. Dia tidak menampik bahwa porang memang membuat perekonomian masyarakat menjadi meningkat. Sehingga tidak mengherankan jika di desa tersebut muncul jutawan-jutawan baru dari pertanian porang.
Untuk satu hektare lahan yang ditanami porang, lanjut Antok, uang panennya bisa mencapai Rp500 juta. Itu untuk penjualan katak dan umbi porang.
Baca Juga
Meski kini memiliki harta yang berlimpah, para warga di desanya kebanyakan menggunakan uang tersebut untuk investasi. Seperti membeli tanah hingga menabung untuk biaya sekolah anak.
“Kebanyakan uangnya untuk beli tanah dan ditabung. Jarang yang digunakan untuk membeli mobil,” ujarnya.
Hasil panen porang yang menggiyurkan itu, kata dia, membuat sebagian pemuda di desanya tidak lagi tertarik merantau ke kota. Mereka kini lebih tertarik untuk tinggal di desa dan bertanam porang.
Sampai saat ini setidaknya ada sekitar 200 pemuda usia 18 tahun hingga 40 tahun yang kini menjadi petani porang.
“Biasanya pemuda sini banyak yang merantau ke Surabaya, Kalimantan, dan Papua. Karena Covid-19 ini, mereka banyak yang kembali. Setelah tinggal di desa, mereka kemudian mulai bertanam porang. Sampai saat ini mereka lebih memilih untuk jadi petani porang,” terang dia.
Hasil panen porang, bagi sebagian orang menjadi harapan hidup baru bagi warga desa. Lebih lanjut, porang sendiri sebenarnya bukan tanaman baru di desanya. Sudah sejak 1981, tanaman porang ini dibudidayakan warga desa. Namun, animo masyarakat mulai tertarik untuk membudidayakan porang baru terjadi beberapa tahun terakhir.