Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mudik Dilarang, Perputaran Ekonomi di Perdesaan & Perkotaan Bakal Timpang

Pergerakan ekonomi akan tetap terjadi tetapi tidak bisa merata ke seluruh daerah di Jatim, dalam arti bahwa perputaran uang di daerah pedesaan dengan perkotaan akan terjadi ketimpangan
Penumpang menunggu kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (18/4/2021). Adanya larangan pemerintah untuk mudik pada tanggal 6 hingga 17 Mei mendatang, membuat sebagian warga memilih mudik lebih awal dan dalam satu pekan terakhir jumlah penumpang di stasiun tersebut berkisar antara 1.000-2.500 penumpang per hari./Antara
Penumpang menunggu kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (18/4/2021). Adanya larangan pemerintah untuk mudik pada tanggal 6 hingga 17 Mei mendatang, membuat sebagian warga memilih mudik lebih awal dan dalam satu pekan terakhir jumlah penumpang di stasiun tersebut berkisar antara 1.000-2.500 penumpang per hari./Antara

Bisnis.com, SURABAYA - Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Imron Mawardi memperkirakan kondisi perputaran ekonomi di Jatim pada momen Lebaran 2021 bakal tidak seimbang akibat adanya larangan mudik.

Menurutnya, pergerakan ekonomi akan tetap terjadi tetapi tidak bisa merata ke seluruh daerah di Jatim, dalam arti bahwa perputaran uang di daerah pedesaan dengan perkotaan akan terjadi ketimpangan.

“Seperti diketahui, pemerintah meminta perusahaan-perusahaan harus bayar THR maksimal H-7, tetapi yang menikmati THR ini kan daerah-daerah yang berbasis industri karena mereka di situ banyak pekerja formal, kemudian adanya larangan mudik membuat perputaran uang hanya berada di daerah itu saja,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (22/4/2021).

Sebaliknya, lanjut Imron, daerah berbasis pertanian atau di pedesaan yang kebanyakan adalah pekerja informal tidak bisa menikmati tunjangan hari raya, ditambah tidak adanya kunjungan mudik dari sanak saudara atau keluarga yang tinggal di perkotaan.

“Jadi yang menikmati ‘kue Lebaran’ atau nilai ekonomi Lebaran adalah daerah berbasis industri, di mana para pekerja industri banyak tinggal, misalnya seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto dan Malang,” ujarnya.

Dia mengatakan, sebenarnya pemerintah sendiri memiliki program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk UMKM tahap kedua yang rencananya disalurkan pada Mei. 

Jika BLT UMKM tersebut disalurkan tepat pada Mei termasuk ke daerah-daerah yang menjadi penyumbang tenaga kerja di kota besar, artinya daerah pedesaan/berbasis pertanian ini masih bisa menikmati pertumbuhan konsumsi karena adanya BLT UMKM.

Imron menambahkan melihat pengalaman Lebaran tahun lalu yang dibarengi dengan kondisi pandemi, tercatat pemambahan uang beredar sekitar Rp114 triliun. Sementara tahun ini pemerintah menargetkan bisa mencapai lebih dari Rp250 triliun, tetapi diperkirakan akan sulit tercapai.

“Jadi menurut saya di kuartal II ini ekonomi tidak tumbuh sebesar ekspektasi yang berharap ekonomi akan terdorong dari momen Ramadan dan Idulfitri,” katanya.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jatim, Difi Ahmad Johansyah mengatakan meski ada larangan mudik tetapi tren demand sudah mulai ada peningkatan yang tercermin dari inflasi yang sedikit meningkat.

“Kalau saya lihat ekonomi tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu, termasuk karena adanya Lebaran yang akan ikut mendongkrak. Kalau tahun lalu kan betul-betul ada lockdown. Jadi sebenarnya yang kita cemaskan adalah demand yang hilang sama sekali, tetapi sekarang mulai membaik, hotel-hotel sudah dipenuhi pengunjung,” ujarnya.

Difi menambahkan BI Jatim sendiri memperkirakan pada kuartal III tahun ini Jatim akan full recovery dengan asumsi proses vaksinasi berjalan lancar. Namun begitu, pihaknya belum bisa memastikan berapa persen pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi tahun ini.

“Kita belum tau apakah pertumbuhan kembali ke 5 persen, kita masih sulit memprediksi karena kembali lagi ke persoalan demand. Masyarakat belanja ini kan masih susah tapi kami optimistis karena di sektor manufaktur sendiri sudah mulai kembali pulih,” imbuhnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper