Bisnis.com, SURABAYA - Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Imron Mawardi memperkirakan kondisi perputaran ekonomi di Jatim pada momen Lebaran 2021 bakal tidak seimbang akibat adanya larangan mudik.
Menurutnya, pergerakan ekonomi akan tetap terjadi tetapi tidak bisa merata ke seluruh daerah di Jatim, dalam arti bahwa perputaran uang di daerah pedesaan dengan perkotaan akan terjadi ketimpangan.
“Seperti diketahui, pemerintah meminta perusahaan-perusahaan harus bayar THR maksimal H-7, tetapi yang menikmati THR ini kan daerah-daerah yang berbasis industri karena mereka di situ banyak pekerja formal, kemudian adanya larangan mudik membuat perputaran uang hanya berada di daerah itu saja,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (22/4/2021).
Sebaliknya, lanjut Imron, daerah berbasis pertanian atau di pedesaan yang kebanyakan adalah pekerja informal tidak bisa menikmati tunjangan hari raya, ditambah tidak adanya kunjungan mudik dari sanak saudara atau keluarga yang tinggal di perkotaan.
“Jadi yang menikmati ‘kue Lebaran’ atau nilai ekonomi Lebaran adalah daerah berbasis industri, di mana para pekerja industri banyak tinggal, misalnya seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto dan Malang,” ujarnya.
Dia mengatakan, sebenarnya pemerintah sendiri memiliki program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk UMKM tahap kedua yang rencananya disalurkan pada Mei.
Baca Juga
Jika BLT UMKM tersebut disalurkan tepat pada Mei termasuk ke daerah-daerah yang menjadi penyumbang tenaga kerja di kota besar, artinya daerah pedesaan/berbasis pertanian ini masih bisa menikmati pertumbuhan konsumsi karena adanya BLT UMKM.
Imron menambahkan melihat pengalaman Lebaran tahun lalu yang dibarengi dengan kondisi pandemi, tercatat pemambahan uang beredar sekitar Rp114 triliun. Sementara tahun ini pemerintah menargetkan bisa mencapai lebih dari Rp250 triliun, tetapi diperkirakan akan sulit tercapai.
“Jadi menurut saya di kuartal II ini ekonomi tidak tumbuh sebesar ekspektasi yang berharap ekonomi akan terdorong dari momen Ramadan dan Idulfitri,” katanya.
Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jatim, Difi Ahmad Johansyah mengatakan meski ada larangan mudik tetapi tren demand sudah mulai ada peningkatan yang tercermin dari inflasi yang sedikit meningkat.
“Kalau saya lihat ekonomi tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu, termasuk karena adanya Lebaran yang akan ikut mendongkrak. Kalau tahun lalu kan betul-betul ada lockdown. Jadi sebenarnya yang kita cemaskan adalah demand yang hilang sama sekali, tetapi sekarang mulai membaik, hotel-hotel sudah dipenuhi pengunjung,” ujarnya.
Difi menambahkan BI Jatim sendiri memperkirakan pada kuartal III tahun ini Jatim akan full recovery dengan asumsi proses vaksinasi berjalan lancar. Namun begitu, pihaknya belum bisa memastikan berapa persen pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi tahun ini.
“Kita belum tau apakah pertumbuhan kembali ke 5 persen, kita masih sulit memprediksi karena kembali lagi ke persoalan demand. Masyarakat belanja ini kan masih susah tapi kami optimistis karena di sektor manufaktur sendiri sudah mulai kembali pulih,” imbuhnya.