Bisnis.com, SURABAYA - Satuan Tugas Covid-19 di Jawa Timur menyebut hingga kini Indonesia masih belum memiliki kemampuan untuk mendeteksi adanya mutasi baru dari Covid-19 yang juga dicurigai menjadi penyebab penularan virus yang sangat cepat.
Satgas Kuratif Covid-19 Jatim, dr. Makhyan Jibril Al Farabi mengatakan diakui memang seluruh dunia secara kompak terjadi peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 yang sebagian besar negara-negara itu menemukan adanya mutasi baru dari virus ini, sehingga beberapa negara kembali melakukan lockdown.
“Nah ini menarik, karena kenaikan jumlah kasus seluruh dunia rata-rata naik karena mutasi baru. Namun di Indonesia, kemampuan untuk mendeteksi mutasi baru ini masih terbatas,” katanya kepada Bisnis, Senin (18/1/2021).
Dia menjelaskan untuk mendeteksi adanya mutasi baru dari virus Covid-19 ini dibutuhkan program sekuensing atau pengurutan DNA yang biayanya tidak murah. Namun informasinya, pemerintah melalui Kemenristek sedang melakukan pendeteksian tersebut.
“Jadi untuk saat ini kita tidak bisa membuktikan itu mutasi atau tidak, tapi bukan berarti itu (mutasi) tidak ada, kita kan enggak tahu karena ini menularnya cepat sekali, dan yang mutasi itu 70 persen lebih tingkat penularannya. Namun program untuk mendeteksi itu sudah jalan dari pemerintah,” ujarnya.
Diketahui tren peningkatan kasus positif Covid-19 di Jatim sendiri terus mengalami peningkatan bahkan sejak Desember 2020. Dari yang awalnya rerata penambahan kasus sekitar 200 - 300 kasus per hari, kini bahkan sudah mencapai 900 - 1.000 kasus per hari.
Baca Juga
Kondisi tersebut membuat kemampuan daya tampung rumah sakit semakin tipis dan berstatus warning, yakni dengan Bed Occupancy Rate (BOR) 73 persen atau telah melebihi batas standar WHO maksimal 60 persen.
Adapun dari pantauan situs Jatim Tanggap Covid-19, jumlah kasus Covid-19 di Jatim pada 11 Januari 2020 mencapai 93.405 kasus, pada 12 Januari kemudian bertambah 884 kasus sehingga menjadi 94.249 kasus, lalu pada 13 Januari bertambah 815 kasus baru, pada 14 Januari bertambah 918 kasus baru, 15 Januari bertambah 1.198 kasus, pada 16 Januari bertambah 1.160 kasus, pada 17 Januari bertambah 974 kasus sehingga totalnya menjadi 99.377 kasus, pada 18 Januari kasus bertambah 848 sehingga kumulatif 100.225 kasus.
Dari kumulatif 100.225 kasus, sembuh 85.737 orang, dirawat 7.520 orang, meninggal 6.988 orang.
Sementara dalam perkembangan berbeda, tingkat mobilitas masyarakat terpantu menurun. Merujuk pada data yang dirilis Google per 15 Januari, terjadi penurunan mobilitas pada periode 4 Desember 2020-15 Januari 2021 pada sektor retail dan rekreasi (-30 persen), toko bahan makanan dan apotek (-18 persen), taman (-13 persen), pusat transportasi umum (-45 persen), dan tempat kerja (-34 persen). Sedangkan mobilitas di area permukiman mengalami kenaikan (+10 persen) dari dasar pengukuran.
Dasar pengukuran adalah nilai median untuk hari yang seusai selama periode 5 minggu, yaitu 3 Januari-6 Februari 2020. Google menghitung analisis ini berdasarkan data dari pengguna yang memilih untuk mengaktifkan histori lokasi untuk akun Google mereka.
Khusus wilayah Jawa Timur, mobilitas sektor ritel dan rekreasi -30 persen, toko bahan makanan dan apotek -30 persen, taman -35 persen, pusat transportasi umum -49 persen, tempat kerja -34 persen, area permukiman +10 persen.
Google dalam laporan menjelaskan data ditujukan untuk membantu proses remediasi dampak Covid-19. Set data ini tidak boleh digunakan untuk tujuan diagnosis, prognosis, atau perawatan kesehatan.