Bisnis.com, SURABAYA - Permintaan pasar apartemen baru di Surabaya pada tahun ini diperkirakan masih akan rendah mengingat belum banyaknya peluncuran produk baru dari pengembang termasuk akibat faktor pandemi.
Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Jawa Timur Rudy Sutanto mengatakan pada tahun lalu proyek baru apartemen di Surabaya sangat minim karena dampak pandemi Covid-19 sehingga banyak pembangunan yang melambat.
“Saat ini permintaan atau pembelian apartemen dari proyek baru belum ada karena 2020 minim sekali developer yang launching,” katanya, Selasa (12/1/2021).
Dia mengatakan bahkan sampai saat ini belum ada pembicaraan antara pengembang dengan anggota Arebi untuk perencanaan launching proyek apartemen baru. Menurutnya saat ini para pengembang sedang fokus untuk menyelesaikan pembangunan atas terjualnya unit apartemen di tahun sebelumnya.
Rudy mengatakan kondisi pasar properti apartemen juga berdampak pada harga jual yang relatif stabil atau belum ada potensi kenaikan. Saat pandemi ini tren pembeli apartemen di Surabaya pun masih didominasi oleh investor sebesar 60 persen, sedangkan 40 persen merupakan end user yang kebanyakan dari kalangan milenial ataupun pasangan muda.
Senada dengan hasil pengamatan Colliers International, bahwa tidak ada proyek baru di Surabaya di sepanjang 2020. Karena pandemi, pengembang lebih fokus menggarap pembangunan produk yang sudah terjual dan mengejar penjualan dari sisa stok unit.
Baca Juga
Senior Associate Director Research Colliers International, Ferry Salanto menjelaskan total serah terima apartemen tahun lalu ada 4 proyek yang mencapai 1.961 unit, sehingga total pasokan kumulatif 2020 hanya mencapai 45.903 unit.
“Kondisi ini sama seperti di Jakarta, banyak proyek yang tertunda penyelesaiannya karena ada PSBB. Namun kondisi pasar di Jakarta masih ada tanda pemulihan,” jelasnya.
Ferry mengatakan untuk tingkat serapan apartemen di Surabaya yang dipasarkan tahun lalu pun hanya 85,64 persen atau hanya 1.241 unit. Jumlah ini adalah rekor terendah selama 6 tahun terakhir.
“Sedangkan harga jual rata-rata di Surabaya juga tetap stagnan Rp21,9 juta/m2 , untuk apartemen sewa juga tetap sama Rp302.820/m2 dengan tingkat hunian hanya 42 persen, itupun karena sewa jangka pendek oleh turis domestik,” jelasnya.
Ferry memprediksi jumlah unit apartemen baru yang akan serah terima tahun ini akan 3 kali lebih banyak dari 2020 karena pengembang sedang bekerja lebih keras untuk menyelesaikan proyek sesuai target.
“Situasi yang masih tidak pasti membuat calon pembeli akan tetap wait and see, sehingga tingkat penjualan pun akan sulit untuk naik dalam waktu dekat, dan harga juga akan tertahan tahun ini,” imbuhnya.