Bisnis.com, SURABAYA - Jarum jam menunjukkan pukul 16.30 WIB di Surabaya, Kamis (26/11/2020). Syaharuddin Umngelo mematikan komputer di meja kerjanya. Tas berisi komputer jinjing lantas dibawa menuju mobil yang telah terparkir di halaman kantor di Jalan Opak 1, Surabaya.
Andik Susanto, rekan seperjalanan dan saya (Miftahul Ulum) telah duduk di dalam mobil terlebih dahulu. Tak mengulur-ulur waktu, kami bertiga segera berangkat, memasuki Jalan Kutai, menuju tol Gunung Sari guna ke Probolinggo selanjutnya ke Bondowoso lantas ke Gunung Ijen.
Tak banyak hambatan berarti selama perjalanan, kemacetan di Surabaya sore hari, truk ukuran besar yang berjalan beriringan di Pantura bisa dimaklumi. Kemacetan itu bukti ekonomi bergerak, meski pandemi Covid-19 sudah dialami sembilan bulan terakhir.
Tim Jelajah Wisata Jawa Timur yang diinisiasi Bisnis Indonesia mulanya memperkirakan sampai di Gunung Ijen pada tengah malam. Setara enam sampai tujuh jam perjalanan menggunakan Innova 2,4 yang disediakan Assa Rent. Ternyata rencana tak seindah kenyataan saat kami memutuskan mengambil jalur ke ijen dari Bondowoso.
Bila dari arah Surabaya, sebelum masuk kawasan Pasir Putih Situbondo, kami berbelok ke kanan menuju jalan ke Bondowoso melalui Arak-arak. Mengandalkan petunjuk melalui aplikasi peta kami yakin bisa sampai ke tujuan. Ternyata di sejumlah titik hambatan sinyal mengacaukan orientasi.
Pukul 21.00 WIB, kami bertiga memutuskan beristirahat makan malam dan sekaligus mencari petunjuk jalan menuju Gunung Ijen. Penjual nasi lalapan memberi ancar-ancar. Tim mengikuti petunjuk itu dengan pembanding dua aplikasi peta perjalanan yang berbeda.
Sampai akhirnya saat mobil menapaki jalan Ijen selepas dari jalan Situbondo perasaan lega mengemuka. "Iki baru bener ketoe [ini baru benar kelihatannya]," kata Syaharuddin yang kini mengemudi menggantikan Andik yang perlu istirahat.
Persiapan fisik belakangan kami sadari penting bila ingin berwisata ke banyak titik dalam waktu berdekatan alias wisata marathon. Selain itu bekal kebutuhan pribadi obat, makanan ringan, maupun makanan sumber energi tidak boleh dilupakan. Persiapan yang baik akan membuat wisata efektif.
Pemandangan lereng pegunungan kawasan Gunung Ijen.
Setelah menapaki Jalan Ijen dari arah Bondowoso yang aspalnya mulus, kami memasuki kebun Jampit/Kalisat di Bondowoso. Perkebunan milik PTPN XII sudah terletak di ketinggian 1.000-1.500 mdpl. Saat menapaki jalan membelah kebun terlihat banyak tanaman kopi.
Bila melewati daerah ini saat siang, kami sudah dipastikan akan berhenti. Minum atau belanja kopi arabica, atau mengunjungi wisata stroberi serta titik tetirah lain di kawasan setempat. Tapi kenyataannya kami melawati jalan perkebunan tengah malam, jadi kami terus menuju kawasan Ijen.
Jalanan mulus di tengah perkebunan mengantarkan kami sampai parkir kawasan Ijen pukul 01.00, Jumat (27/11/2020). Sejumlah pedagang tudung kepala berbahan rajutan ramai menawarkan dagangan di sekitar mobil yang datang. Kami lantas bersiap, memakai sepatu dan menyiapkan bekal berjalan ke Gunung Ijen.
Tapi kenyataan berkata lain, informasi baru soal jam pendakian membuat kami terkejut. Maklum kami telah menumpuh perjalanan 299 kilometer, selama hampir 8 jam, membawa ekspektasi yang ternyata tidak sesuai benar dengan realita.
Adapun kegiatan Jelajah Wisata Jatim - Bisnis Indonesia didukung oleh : Bank Jatim, PT. Mitra Pinasthika Mulia (MPM Honda Jatim), PT Pertamina (Persero), Assa Rent, Polygon. Informasi kegiatan ini bisa dibaca pula di Bisnis.com.