Bisnis.com, SURABAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur merilis kinerja ekspor Jatim pada September 2020 mengalami peningkatan hingga 11,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya, bahkan meningkat 0,21 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu.
Kinerja ekspor bulan tersebut terus menunjukan perbaikan jika dibandingkan bulan di kuartal II atau saat awal pandemi Covid-19 melanda. Data BPS mencatat, ekspor Jatim per bulan mulai terjun bebas pada April yang anjlok 30,87 persen, lalu pada Mei turun 8,25 persen, dan pada Juni sudah mulai ada peningkatan 23,25 persen.
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan peningkatan kinerja ekspor tersebut diperkirakan karena kondisi perekonomian mulai bergerak setelah di awal pandemi sempat menurun lantaran berbagai faktor seperti adanya lockdown dari beberapa negara tujuan.
“Peningkatan kinerja ekspor di September ini didorong oleh sejumlah komoditas yang masih potensial di pasar luar negeri, seperti tembaga, kayu dan barang dari kayu, serta produk hasil laut seperti ikan dan udang,” ujarnya dalam paparan BRS, Kamis (15/10/2020).
Dia menjelaskan nilai ekspor Jatim pada September 2020 mencapai US$1,6 miliar. Dari jumlah itu sebesar US$1,5 miliar atau 95,68 persen merupakan ekspor non migas. Secara kumulatif dari Januari – September 2020 nilai ekspor non migas Jatim mencapai US$13,7 miliar atau turun 5,19 persen dibandingkan periode sama 2019.
“Sepanjang tahun ini, sampai September, 3 komoditas penyumbang ekspor non migas tadi ternyata mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Permintaan tembaga naik 22, 63 persen, kayu dan barang dari kayu naik 3,97 persen, serta ikan dan udang naik 4,57 persen,” jelasnya.
Baca Juga
Dadang menambahkan, bahkan menurut sektor usaha, tren ekspor September ini pada sektor pertanian naik 24,43 persen dibandingkan bulan sebelumnya, atau naik 17,56 persen (yoy).
Sedangkan sektor industri pengolahan naik 10,13 persen (m-to-m), tetapi turun 1,93 persen dibandingkan September 2019. Penurunan sektor industri pengolahan bisa disebabkan oleh kondisi pandemi yang menurunkan produktivitas industri/pabrik dan juga permintaan pasar global.
“Sasaran pasar ekspor Jatim tahun ini pun masih tidak banyak berubah dengan tujuan ke Asean sebesar 18,8 persen dari total nilai ekspor, ke Jepang 15,47 persen, China 14,8 persen, AS 13,51 persen, dan Uni Eropa 7,76 persen,” imbuhnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, Drajat Irawan menyebut komoditas ikan dan udang di masa pandemi ini masih menjadi andalan di pasar ekspor. Dari Januari – September 2020 ekspor ikan dan udang tembus US$824,74 juta dengan negara konsumen terbesar yakni AS, China dan Jepang.
“Begitu juga dengan kayu dan barang dari kayu sampai September mencapai US$1 miliar. Khusus produk furnitur sampai semester I saja mencapai US$868,74 juta. Adanya peningkatan ekspor ini karena kondisi pasar luar negeri yang sudah membuka akses dan lalu lintas perdagangan,” ujarnya.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jatim, Nur Cahyudi mengatakan peningkatan ekspor mebel Jatim sampai 50 persen juga dipicu oleh pandemi yang mengharuskan orang untuk tetap tinggal di rumah sehingga mendorong keinginan untuk menata rumahnya dengan perabotan/mebel.
“Tapi, tren peningkatan ini lebih terjadi pada segmen pasar atas, sedangkan menengah ke bawah masih belum bisa bergerak, terutama pasar domestik,” ujarnya.