Bisnis.com, SURABAYA - Komoditas tanaman kopi Jawa Timur dinilai memiliki peluang untuk memperbesar penyerapan pasar di Australia sejalan dengan adanya perjanjian perdagangan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Sekretaris Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Jatim, Ichwan Nursidik mengatakan selama ini ekspor kopi Jatim ke pasar Australia masih sangat kecil. Selama ini kebutuhan komoditas kopi untuk Australia banyak disuplai dari Papua Nugini.
"Ekspor kopi kita ke Australia belum terlalu signifikan, persentase ekspor ke sana hanya 5 persen dari total kopi yang diperdagangkan keluar negeri," katanya, Selasa (1/9/2020).
Dia berharap dengan adanya IA-CEPA ini, ekspor kopi asal Jatim bisa meningkat, asalkan juga diikuti dengan aturan yang mendukung terutama dalam hal Australian Quarantine and Inspection Service (AQIS) yang selama ini sangat ketat.
Ichwan menambahkan di saat pandemi Covid-19 seperti sekarang, kebutuhan kopi untuk pasar luar negeri masih cukup tinggi mengingat banyak orang yang memilih diam di rumah dan menyeduh kopi sendiri dibandingkan pergi ke coffeshop.
"Contohnya di Eropa, memasuki musim dingin biasanya banyak yang minum kopi dibandingkan musim lainnya. Artinya kebutuhan pasar ekspor masih tinggi untuk komoditas ini," imbuhnya.
Baca Juga
Adapun berdasarkan data Gaeki Jatim, kinerja ekspor kopi pada semester I/2020 secara volume mencapai 27,972 ton atau dengan nilai US$58,6 juta. Jumlah tersebut meningkat 3 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu yakni 27.068 ton atau US$57,6 juta.
Dari kinerja ekspor semester I tersebut, sebanyak 1.027 ton merupakan kopi jenis Arabika dengan nilai US$4 juta dan sebanyak 19.640 ton merupakan kopi Robusta dengan nilai US$35,9 juta. Sedangkan untuk ekspor kopi olahan mencapai 7.303 ton dengan nilai US$18,6 juta.
"Dengan peluang-peluang yang ada tersebut, kami tetap optimistis sampai akhir tahun ini ekspor kopi kita bisa tumbuh 3 - 5 persen," imbuh Ichwan.