Bisnis.com, SURABAYA - PT Alumindo Light Metal Industry Tbk. (ALMI), produsen aluminium yang merupakan bagian Maspion Group tahun ini terus mengupayakan re-posisi pasar dengan lebih meningkatkan penjualan di pasar domestik di tengah kondisi pandemi Covid-19.
CEO Maspion Group Alim Markus mengatakan di tengah kondisi pandemi Covid-19 memang pasar global terdampak, termasuk bagi ALMI yang mengalami tekanan sehingga pencapaian penjualan bersih hanya tercatat 28,2 persen pada semester I/2020.
"Berkelanjutannya perang dagang Amerika Serikat dan China, serta adanya pandemi global Covid-19 ini memperburuk kondisi perekonomian AS dan juga semakin meluas ke negara tujuan ekspor alternatif Alumindo," katanya saat paparan publik, Selasa (25/8/2020).
Bahkan pada 2019 juga ada pembatalan pesanan ekspor dari pembeli terbesar di pasar utama AS sebagai dampak berlanjutnya perang dagang tersebut.
Untuk itu, manajemen ALMI akan lebih meningkatkan penjualan ke pasar domestik, melakukan pengendalian biaya, meningkatkan produktifitas dan menjajaki kerja sama dengan mitra strategis.
"Di samping ada upaya perbaikan struktur permodalan untuk menjaga kesinambungan operasi perseroan di tengah kondisi pandemi," imbuhnya.
Baca Juga
Alim menambahkan, perseroan tetap optimistis lantaran adanya kebijakan pemerintah berupa pengenaan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) untuk melindungi produsen lembaran aluminium termasuk foil yang telah menjadi angin segar bagi Alumindo untuk memulai fokus pada pasar domestik.
"Kita juga akan diversifikasi pasar lokal dan ekspor selain AS seperti ke Korea Selatan, Eropa dan Asean," imbuh Alim Markus.
Adapun rencana distribusi pasar pada 2020 secara kuantitas yakni ada di AS sebesar 25,5 persen, Eropa 1,9 persen, Asean 0,1 persen, Asia (non Asean) 12,5 persen, Australia 0,04 persen dan Indonesia 59,1 persen.
Alumindo mencatat sepanjang 2019, perseroan membukukan penjualan bersih sebesar Rp2,2 triliun. Angka tersebut menurun 49,6 persen dibandingkan capaian 2018 yakni Rp4,4 triliun.
Penurunan penjualan bersih tersebut mengakibatkan perseroan mencatatkan kerugian periode berjalan sebesar Rp298,8 miliar dibandingkan laba periode berjalan 2018 sebesar Rp6,5 miliar.