Bisnis.com, MALANG — Tingkat kesembuhan Covid-19 di Jatim mencapai 69,38 persen, lebih tinggi 5,6 persen dari rerata kesembuhan nasional yang mencapai 63,72 persen.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan dengan angka kesembuhan sebesar itu menunjukkan bahwa kerja keras dokter, tenaga medis, dan paramedis sangat keras.
“Sebagai ilustrasi, ada pasien Covid-19 asal Jakarta yang meninggal, sopir ambulance bahkan bersedia mengantar jenazah sampai ke Jakarta. Ini pengorbanan yang sangat besar,” katanya pada Launching Gerakan 26 Juta Masker se-Provinsi Jatim, oleh Mendagri Tito Karnavian di Kab. Malang, Jumat (7/8/2020).
Angka kesembuhan yang mencapai 16.732 pasien itu, kata dia, empat kali lipat dari Jabar, namun dari angka positifnya memang lebih besar Jatim daripada Jabar
Jumlah total kasus konfirmasi positif 24.115 orang dan suspect 10.992 orang . Persentase pasien positif yang sembuh 69,38%, dirawat 23,09%, dan meninggal 7,53%. pic.twitter.com/MVkMJD8dQK
— Pemprov Jawa Timur (@JatimPemprov) August 6, 2020
Dia juga mengingatkan, dari penelitian terkait kematian positif Covid-19 diketahui penyebabnya karena komorbid. Penyakit komorbid pasien Covid-19 yang meninggal terutama pada pasien yang menderita diabetes.
“Karena itulah, kami mengimbau agar masyarakat yang mempunyai penyakit diabetes untuk lebih berhati-hati. Tolong dijaga betul,” ucapnya.
Gubernur juga mengingatkan, Jatim belum aman dari Covid-19. Salah satu untuk untuk melindungi diri dari paparan Covid-19, yakni menggunakan masker.
Dia juga meyakinkan, Pemprov Jatim dalam menangani Covid-19 menerapkan strategi gas dan rem. Intinya menyeimbangkan antara aspek ekonomi dan kesehatan.
Paling menggembirakan, di era pandemi ternyata investasi yang masuk baik PMA dan PMDN naik 59,26 persen secara tahunan. Hal itu menunjukkan bahwa kepercayaan investasi terhadap Jatim masih tinggi.
Dampak Covid-19 pada sektor ekonomi berupa PHK, dia menegaskan, juga tidak terlalu dalam bila dibandingkan daerah lain. PHK di Jatim bila dibandingkan daerah-daerah pusat industri Jawa justru terendah, yakni 4 persen, jauh lebih tinggi DKI yang mencapai 31 persen, Jateng 18 persen, dan Jabar 12 persen.
“Ini menjadi modal dalam upaya penguatan ekonomi di Jatim. Semoga tidak ditemukan kluster baru di perusahaan karena adanya aktivitas orang berkerumun tanpa mengindahkan protokol kesehatan,” ucapnya.
Mendagri Tito Karnavian mengakui indikator-indikator penanganan Covid-19 di Jatim sudah baik, namun angka positif yang tinggi tetap perlu menjadi perhatian karena angkanya masih tinggi.
Pemeriksaan PCR juga perlu ditingkatkan karena penting untuk memisahkan mereka yang positif dan negatif Covid-19. Angka pemeriksaan yang mencapai 151.582 masih kurang bila dibandingkan jumlah penduduk Jatim yang mencapai sekitar 40 juta.
“Pemerintah akan mendukung upaya Jatim menekan angka positif Covid-19 secara penuh, namun juga perlu dibarengi juga dengan penuh oleh Pemprov dan Pemkot/Pemkab,” ujarnya.
Dia meyakinkan, upaya penanganan Covid-19 harus seiring dengan upaya pemulihan ekonomi. Tidak bisa hanya berfokus pada penanganan kesehatan, mengabaikan penanganan ekonomi, begitu pula sebaliknya. Harus ada keseimbanganan.
Intinya, di era pandemi masing-masing harus mampu memproteksi diri. Caranya dengan memakai masker, cuci tangan, jaga jarak, dan menghindari kerumunan. Penggunaan masker sangat efektif dapat menurunkan kurva Covid-19 antara 50 persen-60 persen.
Bupati Malang Sanusi menegaskan perkembangan Covid-19 di daerah tersebut 1 Jani-5 Agustus 2020 menunjukkan, 260 orang positif Covid, 21 orang meninggal, 63 orang sembuh pada 1 Juni. Sedangkan 5 Agustus positif Covid 509 orang, 43 orang meninggal dan 326 sembuh.
Untuk menekan angka Covid-19, menurut dia, Pemkab Malang bekerja sama dengan perguruan tinggi, yakni UB menangani Singosari, UIN Malang Lawang, Unisma Karangploso, dan Universitas Muhammadiyah Malang Dau.
“Hasilnya positif. Seperti di Lawang, saat ini tinggal 3 pasien positif, yakni 1 orang di RS, 1 orang di save house, dan 1 orang di rumah,” ucapnya.
Dia juga meminta MUI agar dalam khutbah-khutbah selalu disosialisasikan terkait pentingnya melaksanakan protokol kesehatan dengan teladan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat terjadi wabah pada masa kepemimpinannya.(K24)