Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Properti di Jatim Mulai Menggeliat

Pangsa pasar properti, terutama di segmen rumah bersubsidi dan rumah menengah dengan harga Rp300 juta ke bawah, mulai menggeliat.
Ketua DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Formasi) Jatim Makhrus Sholeh (kanan) bersama Head of Consumer Kanwil BNI Malang Agus Haedar Usman di sela-sela Rapat Pengurus DPD Apersi Jatim dan Diskusi Bisnis dengan BNI Kanwil Malang  di Malang, Kamis (16/7/2020)./Bisnis-Choirul Anam
Ketua DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Formasi) Jatim Makhrus Sholeh (kanan) bersama Head of Consumer Kanwil BNI Malang Agus Haedar Usman di sela-sela Rapat Pengurus DPD Apersi Jatim dan Diskusi Bisnis dengan BNI Kanwil Malang di Malang, Kamis (16/7/2020)./Bisnis-Choirul Anam

Bisnis.com, MALANG — Bisnis properti, terutama pangsa pasar untuk rumah bersubsidi dan rumah menengah, di Jatim mulai menggeliat.

Ketua DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Formasi) Jatim Makhrus Sholeh mengatakan pada awal-awal pandemi Covid-19, yakni April-Mei, bisnis properti, bahkan di pasar segmen rumah bersubsidi dan menengah dengan harga Rp300 juta ke bawah, sangat terdampak.

Bisnis properti melesu sehingga pangsa pasar turun hingga tertinggal 40 persen, sedangkan Juni sudah naik menjadi 60 persen - 70 persen dibandingkan pada pasar saat kondisi normal.

“Salah satu penyebabnya juga, FLPP terhenti pada periode April-Mei,” ujarnya di sela-sela Rapat Pengurus DPD Apersi Jatim dan Diskusi Bisnis dengan BNI Kanwil Malang di Malang, Kamis (16/7/2020).

Namun pada era transisi menuju kenormalan baru, kata dia, pangsa pasar properti, terutama di segmen rumah bersubsidi dan rumah menengah dengan harga Rp300 juta ke bawah, mulai menggeliat.

Hal itu ditandai bank mulai mengucurkan FLPP. Saat ini, 315 pengembang di Jatim yang tergabung dalam Apersi telah membangun sekitar 4.500 unit di berbagai daerah dan sampai akhir tahun diperkirakan bisa mencapai 10.000 unit.

“Target kami sebenarnya bisa membangun 20.000 unit, namun karena ada pandemi Covid-19 maka diperkirakan sulit mencapai angka itu,” ujarnya.

Namun, dia mengakui, ada beberapa kendala yang bisa mengganggu bisnis rumah bersubsidi dan menengah. Kendala tersebut berupa adanya tren, bank sebagai penyalur FLPP cenderung terlalu selektif dalam memilih calon end user.

Banyaknya MBR yang tidak disetujui perbankan karena berstatus wiraswasta, pedagang bakso, kaki lima, ojek online, dan pegawai tidak tetap.

Head of Consumer Kanwil BNI Malang Agus Haedar Usman membenarkan sinyalamen Apersi terkait menggeliatnya bisnis properti untuk perumahan bersubsidi dan perumahan menengah dengan harga Rp250 juta ke bawah. Seperti di BNI Kanwil Malang, hanya dalam satu minggu sudah 73 aplikasi untuk rumah bersubsidi.

Dia menargetkan, pada periode Juli-Agustus dapat disalurkan Rp28 miliar untuk 294 rumah bersubsidi dengan skema FLPP. Total alokasi FLPP pada 2020 di BNI Kanwil Malang sebanyak 500 unit.

“Tapi untuk rumah nonsubsidi, peluang pembiayaan masih sangat lebar,” ucapnya.(K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper