Bisnis.com, SURABAYA - PT Sekar Laut Tbk tahun ini tetap akan mendorong pertumbuhan kinerja penjualan hingga 10 persen meski masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
Direktur Sekar Laut, John C. Gozal mengatakan di tengah pandemi, perseroan masih tetap memasang target yang optimistis mengingat produk yang dihasilkan perseroan merupakan industri makanan olahan berupa kerupuk udang dan saos sambal yang masih bisa diterima masyarakat.
"Baik di pasar domestik maupun ekspor, kami pasang optimistis. Bahkan di pasar-pasar lokal ternyata peminat produk kita masih banyak apalagi kan sekarang semua stay home jadi orang lebih banyak masak di rumah, goreng kerupuk sendiri di rumah," jelasnya dalam RUPS via Zoom Meeting, Selasa (30/6/2020).
Dia mengatakan untuk mendorong pertumbuhan kinerja tahun ini perseroan akan memperbesar pasar ekspor yang sebelumnya sudah ada seperti di beberapa negara di Eropa, Korea Selatan, Hong Kong, China.
"Ekspor kita selama pandemi bahkan cenderung meningkat sampai 10 persen sehingga pada kuartal I/2020 kontribusi ekspor kita mencapai 25 persen, dan 75 persen sisanya dikontribusi pasar domestik," ujarnya.
Direktur Produksi Sekar Laut, Sandiono Sungkono menambahkan untuk menggenjot penjualan tahun perseroan juga telah menyiapkan 2 item produk baru, salah satunya sambal teri.
Baca Juga
"Beberapa bulan ke depan kita akan mengeluarkan varian baru yang bakal diminati pasar lokal kita," imbuhnya.
Adapun pada 2019, Sekar Laut mencatatkan kinerja penjualan sebesar Rp1,28 triliun atau meningkat 22,6 persen dibandingkan 2018. Seiring dengan perbaikan penjualan, laba bersih perseroan pada tahun lalu terealisasi Rp45 miliar atau meningkat 42 persen dibandingkan laba 2018.
Sementara, kinerja laba perseroan kuartal I/2020 sudah tercapai Rp12,4 miliar meningkat dibandingkan kuartal I/2019 yang mencapai Rp9,3 miliar.
Meski cukup optimistis dengan kinerjanya, Sekar Laut tahun ini pun tidak melakukan investasi dan memilih untuk berhati-hati dalam ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
"Investasi tahun ini dihentikan karena ketidakpastian, jadi tidak terlalu optimistis. Kita bermain realistis saja karena orang lain mengeluhkan kapasitas produksi turun, omzet turun. Jadi lebih baik bermain hati-hati," imbuh John.