Bisnis.com, SURABAYA – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur memproyeksikan Jatim bisa memproduksi bawang merah tahun ini mencapai 378.533 ton sedikit menurun dibandingkan realisasi tahun lalu.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo mengatakan meski sasaran produksi tahun ini sedikit menurun dibandingkan 2019 yang mampu mencapai 407.012 ton, tetapi Jatim masih tetap mengalami surplus.
“Untuk komoditas ini, Jatim selalu surplus karena konsumsi bawang merah kita rerata hanya 100.800 ton. Tahun lalu surplus kita mencapai 306.212 ton, tahun ini perkiraan surplus 277.733 ton,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (2/3/2020).
Namun, untuk menangani surplus produksi bawang merah agar harga di pasaran tetap stabil dan tidak anjlok terutama saat panen, pihaknya meminta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mendorong industri lokal makanan supaya menyerap bawang merah petani.
“Di samping itu, dalam pendampingan kepada petani, kami dorong pola tanamnya, lalu melakukan tunda jual serta ada upaya pengolahan pasca panen,” katanya.
Adapun untuk proyeksi tanaman bawang merah Jatim tahun ini dibutuhkan sekitar 85.266 ton benih. Di Jatim sendiri sudah memiliki sedikitnya 5 varietas unggul yakni varietas Bauji, Bima Brebes, Biru Lancor, Super Philips, dan Tajuk. Di kuartal I/2020 ini, setidaknya ada persediaan pasokan bawang merah mencapai 89.156 ton.
Baca Juga
Hadi menjelaskan, pemerintah tahun ini juga mengalokasikan kegiatan pengembangan area tanaman bawang merah yang menggunakan APBN yakni di Sumenep 30 ha, Probolinggo 20 ha, Nganjuk 25 ha, Blitar 20 ha,Magetan 20 ha, Mojokerto 20 ha, Sampang 20 ha, Pamekasan 20 ha, Malang 50 ha, Lumajang 20 ha dan Banyuwangi 20 ha.
“Sedangkan rencan aksi pengembangan dengan APBD Rp621 juta ada di 3 lokasi yakni Trenggalek, Banyuwangi, dan Jombang,” imbuhnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, harga bawang merah di pasar saat ini rerata mencapai Rp24.742/kg. Harga tertinggi terjadi di wilayah Jember mencapai Rp30.000/kg dan Surabaya Rp28.000/kg.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan menyebut nilai tukar petani (NTP) pada Februari 2020 mengalami penurunan 0,79% dibandingkan Januari 2020. Sektor yang turun adalah tanaman tangan, hortikultura, tanaman perkebunan dan perikanan.
“Sedangkan yang naik NTP nya hanya sektor peternakan naik 0,78%,” katanya.
NTP hortikultura sendiri pada bulan lalu di mencapai 107,10, tetapi Februari ini menjadi 104,94. Komoditas hortikultura yang mengalami penurunan harga yakni bawang merah, dan cabai rawit. Diketahui rasio NTP di atas 100 berarti penghasilan petani masih lebih tinggi dibandingkan pengeluarannya, sedangkan di bawah 100 berarti petani merugi.