Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Kopi Jatim Tahun Ini Diperkirakan Tumbuh 5 Persen

Karena masalah keterbatasan bahan baku, maka kemampuan pertumbuhan ekspor ya hanya 5%.
Ilustrasi./Antara-Raisan Al Farisi
Ilustrasi./Antara-Raisan Al Farisi

Bisnis.com, SURABAYA – Kalangan pengusaha ekspor kopi menyebut tren ekspor kopi tahun ini hanya mampu tumbuh 5% lantaran pertumbuhan produksi tanaman kopi dalam negeri hingga saat ini masih belum maksimal.

Sekretaris Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Jawa Timur, Ichwan Nursidik menjelaskan permintaan pasar kopi di luar negeri maupun dalam negeri semakin meningkat. Hanya saja, dari sisi perkebunan masih belum mampu memenuhi kebutuhan.

“Karena masalah keterbatasan bahan baku, maka kemampuan pertumbuhan ekspor ya hanya 5%. Kalau mau meningkatkan produksi pun, kopi kita akan tetap terserap semua, baik di ekspor maupun untuk konsumsi dalam negeri,” katanya, Senin (20/1/2020).

Dia mengatakan, pasar dalam negeri sendiri tahun ini diperkirakan naik 8% - 10% seiring dengan tren pertumbuhan gaya hidup dan industri kafe dan restoran.

Sementara, produksi kopi sendiri tahun ini diprediksi hanya tumbuh sekitar 7%, sehingga dari pertumbuhan produksi tersebut, sebanyak 5% pertumbuhan akan diserap pasar asing, dan 2% sisanya diserap dalam negeri.

Ichwan menjelaskan, kendala peningkatan produksi kopi saat ini adalah kurangnya akses sarana perkebunan kopi yang berada di ketinggian di atas 500 mdpl, serta belum ada dukungan atau bantuan bibit untuk petani kopi.

“Apalagi tanaman kopi setiap tahun akan mengalami penurunan produktivitas terutama di usianya yang ke 30 tahun, sehingga penanaman berikutnya butuh bibit kopi yang bagus,” jelasnya.

Berdasarkan catatan Gaeki, kinerja ekspor kopi Jatim pada 2019 mencapai 70.238,1 ton, yang terdiri dari 3.929,7 ton kopi jenis arabika, sebanyak 50.460,6 ton jenis robusta dan 15.847,6 ton kopi olahan. Volume ekspor tersebut meningkat 5% dibandingkan dengan 2018 yang hanya 66.881 ton.

Sebanyak 10% - 12% sasaran ekspor kopi Jatim adalah pasar Jepang, dan disusul negara-negara Timur Tengah dan Eropa Timur, serta potensi pasar baru di Afrika Selatan, Mozambik dan Nigeria.

Ichwan menambahkan, meski volume ekspor naik, tetapi secara nilai mengalami penurunan 4% yakni dari US$154,85 juta pada 2018 menjadi US$148,9 juta pada 2019.

Penurunan itu terjadi lantaran suplai kopi yang sempat melimpah membuat harga turun, tetapi adanya musim kering pada Oktober lalu membuat suplai sedikit berkurang sehingga cukup mengerek harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper