Bisnis.com, MALANG—Kementan mendorong percepatan pencetakan petani milenial yang berjiwa wirausaha agar sektor pertanian cepat berkembang dan komoditasnya berdaya saing dengan a.l memperkuat dan mencetak tenaga widyaiswara atau dosen yang andal serta pengembangan pendidikan vokasi pertanian.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan ada tiga hal utama dalam peningkatan produktivitas pertanian, yakni infrastruktur, inovasi teknologi, dan pemberdayaan SDM pertanian.
“SDM adalah faktor pengungkit terbesar seluruh komoditas, bukan hanya di sektor infrastruktur dan inovasi teknologi pertanian,” katanya di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Malang, Rabu (18/9/2019).
Dia menegaskan, pengembangan komoditas tertentu telah dilakukan dengan baik oleh Kementan. Seperti kedelai, hasil pengembangan pemerintah berhasil berproduksi 4,6 ton/hektar, namun rerata nasional produksi kedelai baru mencapai 1 ton/hektare.
Begitu juga padi, sebenarnya bisa menghasilkan 14 ton/hektare jika dilakukan budi daya yang baik, namun rerata produksi nasional baru mencapai 5,8 ton/hektare, begitu juga jagung mengacu hasil pengembangan mencapai 20 ton/hektare, namun rerata nasional mencapai 5 ton/hektare.
“Kesimpulannya berarti SDM petani belum benar-benar mempraktikkan budi daya komoditas pertanian dengan baik sehingga menghasilkan produksi yang optimal,” katanya.
Baca Juga
Dengan keberhasilan menjadi wirausaha, kata Dedi, para milenial akan menghasilkan produktivitas yang tinggi, berdayasaing, biaya produksi lebih murah.
Jika hal itu benar-benar terjadi, maka komoditas pertanian akan mempunyai daya saing yang tingi yang dapat bermuara pada memasuki pasar ekspor sehingga target Indonesia menjadi lumbung pangan dunia 2045 bisa tercapai.
Karena itulah, dia menegaskan, pemerintah terus meningkatkan kemampuan petani, terutama petani milenial yang mampu membaca kesulitan dan mengatasi masalah. Ke depan petani milenal inilah yang dapat mentransformasi pertanian tradisional ke pertanian modern.
Sebagai lembaga pelatihan, dia mengingatkan, tugas BBPP Ketindan harus menghasilkan dan mencetak calon petani, petani milenial, praktisi atau eksekutor pembangunan pertanian yang profesional, yang kompeten, yang mempunyai jiwa wirausaha salah satunya adalah melalui pendidikan dan pelatihan vokasi harus dimulai dengan widyaiswara yang andal, profesional, kompeten serta mempunyai jiwa wirausaha dibandingkan dengan petani milenial yang dibinanya.
Oleh karena itu pentingnya meningkatkan kompetensi dan kapasitas tenaga widyaiswara agar semakin profesional. Dengan kata lain kata kuncinya adalah widyaiswara harus lebih dulu andal, harus lebih dulu kompeten, harus lebih dulu profesional dari petaninya.
Prof. Dedi mengajak kepada seluruh widyaiswara dan tenaga pendukung lainnya di BBPP Ketindan untuk meningkatkan kapasitas, kompetensi, profesionalisme dengan cara upgrade informasi, pengetahuan dan kompetensi dimana di era sekarang serba canggih dan berbasis elektronik. Widyaiswara harus pro aktif dengan segala perubahan dan selalu meng-update informasi untuk mendukung program dari tupoksi yang djalankan oleh BBPP Ketindan.
Karena itu pula, memberi kesempatan seluas-luas bagi widaiswara untuk meneingkatkan kapasitas dan kompetensi dengan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, juga magang di luar negeri pada lembaga-lembaga riset maupun perguruan tinggi.
“Kita tidak akan menghasilkan output yang luar biasa dengan cara-cara biasa, tetapi harus dengan cara yang luar biasa dengan kerja keras, serius, dan mempunyai dedikasi yang tinggi, komitmen yang tinggi, InsyaAllah tupoksi dari widyaiswara dapat diraih dengan sebaik-baiknya,” ucapnya.