Bisnis.com, SURABAYA – Kehadiran para ekspatriat di Surabaya diyakini menjadi kunci pendorong tingkat hunian apartemen servis atau sewa, termasuk bisa mendorong peningkatan harga jual apartemen.
Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers International, mengatakan tingkat hunian apartemen sewa di Surabaya pada semester I/2019 ini cukup baik akibat adanya proyek smelter di Gresik, dengan kenaikan okupansi sekitar 4,3% dibandingkan semester sebelumnya.
“Apartemen service atau sewa di Surabaya walau tidak banyak, tetapi ada kenaikan okupansi. Ini karena ada proyek smelter di Gresik, kan banyak ekspatriat yang butuh hunian layak sementara di Gresik belum ada, jadi kebanyakan mereka memilih di Surabaya Barat,” jelasnya seperti dikutip dalam hasil riset Colliers, Jumat (26/7/2019).
Sedangkan harga sewa apartemen di Surabaya pada periode tersebut pun tidak bergerak naik yakni rerata Rp320.000/m2/bulan. Namun begitu, lanjutnya, harga sewa apartemen servis tersebut dipastikan bisa merangkak naik ketika banyak ekspatriat yang datang untuk menjalankan misi investasi, maupun menggarap proyek.
“Bahkan tarif sewa apartemen di Surabaya ini sudah hampir mirip dengan Jakarta karena level pelayanannya sama dan kebanyakan yang mengoperasikan adalah operator kelas internasional,” jelasnya.
Adapun pasokan apartemen di Surabaya pada semester I ini bertambah 1.232 unit atau naik 3,5% dari semester II/2018, sehingga total pasokan apartemen Surabaya kini sudah mencapai 36.233 unit.
Baca Juga
Berdasarkan unit, pengembangan yang paling aktif di Surabaya saat ini ada Puncak Group dengan kontribusi 37%, Pakuwon 32%, Gunawangsa 10%, PP Property 14% dan Ciputra Group 7%.
Sedangkan berdasarkan jumlah proyek, pengembang paling aktif di Surabaya yakni Pakuwon 37%, disusul Ciputra Group 20%, PP Property dan Puncak Group masing-masing 17% dan Gunawangsa 9%.